Sunday, December 27, 2020

Harapan Baru dibalik Terang kala Malam di Pulau Ndao

 

 Cerita mengenai pengalaman di pulau Ndao ternyata tidak hanya menunjukan harapan baru yang bisa didapatkan masyarakat disana. Harapan baru yang muncul seiring dengan masuknya aliran listrik di pulau tersebut, ternyata juga mampu mengubah pandangan saya mengenai melayani pelanggan hingga di ujung pulau. Pandangan yang seakan memunculkan semangat serta harapan baru bagi pribadi saya untuk menjalani kewajiban di perusahaan PLN dengan sepenuh hati. 

Dulu saya kira PLN hanya ada di perkotaan. Tidak pernah terbayang akan bekerja di daerah yang ternyata masih ada “daerah belum berlistrik” ataupun menyala sebatas 12 jam/hari. Dan kini saya pun menyaksikan dan merasakan langsung semenjak bertugas di pulau Rote Ndao.

Mari simak lebih lanjut!

Lima tahun lamanya bergabung dengan perusahaan PLN, namun tidak menyangka berbagai pengalaman berhasil didapatkan. Baik itu pengalaman dalam bekerja, berpindah tempat tinggal, dan banyak hal. Sebagai seorang wanita tentunya menjadi sebuah pengalaman luar biasa untuk tinggal berpindah-pindah. Pernah mendapatkan pengalaman menjalani on job trainee PLN di Pekanbaru, penempatan di Kupang, hingga mendapat tanggung jawab sebagai supervisor di ULP Rote Ndao.

Saat ini saya berada di divisi Transaksi Energi, dimana pekerjaan mengharuskan saya untuk melakukan pengecekan pada titik-titik transaksi energi. Memastikan pengukuran energi di bagian pembangkit hingga APP pelanggan berlangsung dengan baik. Entah pelanggan yang berada di Pulau Rote dan juga Ndao. Saat ini memang untuk supervisor Transaksi Energi di Area Kupang hanya saya saja yang wanita dan inilah yang kemudian memunculkan predikat sebagai Pejuang Srikandi. Sebutan tersebut datang dari mantan atasan saya sewaktu di Kupang. Sebutan pejuang Srikandi memang sederhana namun memberikan kesan kuat dan semangat yang dapat membuat saya mantap untuk melaksanakan tugas dan kewajiban selama di Rote Ndao.

Sekitar dua tahun lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi Pulau Ndao. Disinilah saya merasakan bahwa sangat bersyukur dapat menikmati listrik selama perjalanan hidup. Merasakan listrik di saat siang maupun malam hari.

Untuk pergi ke Ndao kita harus menyebrang menggunakan kapal penumpang dan berlayar sekitar satu jam lamanya. Pemandangan yang disuguhkan luar biasa. Pemandangan pantai dengan pasir putih dan birunya air laut. Mungkin kalau buat travelling akan menyenangkan, tapi rasanya untuk tinggal disana belum tentu anda betah. Kenapa?

Karena Ndao hanya menyala listrik selama 12 jam.

RASAKAN LISTRIK 12 JAM MENYALA

Saat tinggal di sebuah rumah warga, saya melihat sendiri perbedaan hiruk pikuk kehidupan disana. Saat siang keluarga akan menghabiskan waktu bersama atau sekedar menghabiskan kegiatan dengan hewan piaraan. Tidak ada nonton  TV di siang hari. Tidak ada gadget diantara kami. Yah, maklum sinyal di Ndao lumayan parah jika berada ditengah desa.

Dengan segala keterbatasan yang ada, saya melihat sekilas kehidupan mereka dengan listrik yang terbatas. Listrik menyala saat matahari mulai tenggelam di jam 6 sore dan kembali menyala saat matahari mulai menampakan dirinya di jam 6 pagi keesokan hari. Dalam dua hari satu malam, tanpa sadar saya ikut menjalani kehidupan dimana listrik hanya menyala 12 jam. Bagi saya, itu tidak mudah namun saya rasa bagi mereka itu sudah menjadi kebiasaan.

Saat bermalam di Pulau Ndao, saya merasakan langsung kedekatan keluarga mama Since dan bapa Abet. Mereka menghabiskan waktu bersama saat siang. Ruang tamu mama Since penuh dengan kain tenun. Halaman pun ada seekor kambing mungil lalu lalang dengan seikat tali yang menjaga. Kemudian saya merasakan satu momen saat pagi hari. Tiba-tiba mama Since berteriak,”Aduh, listrik su padam ko? Mama pung nasi belum matang.”.

Ternyata listrik sudah padam lebih dulu satu jam sebelum waktu yang ditentukan. Sebelum akhirnya menyala kembali beberapa saat kemudian. Disini saya mulai berpikir. Dijaman lebih banyak orang yang tinggal dengan listrik menyala 24 jam. Tinggal colok sana, colok sini. Ingin masak dijam berapa pun tinggal pencet. Mau charge baterai HP tinggal colok. Ternyata masih ada sebagian orang yang tidak mendapat kemudahan itu.

Tak hanya itu. Di kejauhan terdengar suara masyarakat sedang mengolah kayu dengan alat sekap. Terbersit sekilas di benak saya,”Mereka mulai bekerja dari jam berapa?”. Aliran listrik baru menyala di jam 6 sore, padam kembali di jam 6 pagi. Hmm, apakah ada yang bekerja di malam hari saat sebagian orang beristirahat?


HARAPAN BARUKU DAN MEREKA

Bagi PLN mungkin bukan hal mudah dalam menyediakan listrik hingga pelosok negri, seperti salah satunya Pulau Ndao. Tapi bisa dikatakan mulai dari secercah cahaya dalam lampu yang menyala di malam hari dapat mengubah kehidupan banyak orang di Ndao.

Sedikit demi sedikit masyarakat Ndao mulai mengubah kebiasaannya dari yang tidak memungkinkan melakukan kegiatan dimalam hari menjadi hal yang biasa. Seperti salah satu pegawai yang pernah bertugas di Ndao, bernama Willfrid. Dia mengatakan warga Ndao dikala malam hanya dihabiskan untuk beristirahat karena tidak banyak yang bisa dilakukan. Sungguh berbeda dengan sekarang. Anak sekolah masih bisa belajar, ibu-ibu bisa menenun lebih lama, dan bapak-bapak yang sekedar mendengarkan musik menggunakan speaker. Dan semua kegiatan tidak hanya dilakukan pada siang hari, namun masih dapat dilakukan pada malam hari.

Sungguh luar biasa. Hal yang terlihat sederhana bagi orang awam tapi berdampak besar pada kehidupan orang banyak. Disaat saya mendapatkan penugasan di Pulau Rote tentunya ada sebuah rasa tidak yakin pada diri untuk dapat tinggal disana. Rasa tidak mampu dalam menjalankan pekerjaan dan merasa ragu untuk sanggup memberikan pelayanan pada pelanggan. Namun kenyataan tidak seperti itu.

Tentu saja saya buka satu-satunya wanita yang berada di dalam perusahaan PLN dan sedang berjuang dalam menjalankan tugas serta kewajiban di ujung negri. Sebagai sesama wanita yang sedang sama-sama berusaha melalui tulisan ini saya ingin memberikan rasa penguatan satu sama lain.

TETAP PERCAYA PADA DIRI SENDIRI

Sudah hampir dua tahun berada di sebuah pulau dan mengemban sebagai supervisor Transaksi Energi. Setiap hari berlangsung dan dijalani dengan baik. Walaupun mengelak untuk percaya akan bisa menjalani di awal penempatan, ternyata malah berbuah hasil yang baik. Hanya perlu berbekal yakin dan menikmati setiap perjalanan yang ada. Nyatanya hanya karena penempatan di Rote, saya dapat melihat “daerah belum berlistrik” atau pulau Ndao yang menyala 12 jam. Sebuah pengalaman yang belum tentu saya dapatkan jika berada di tempat lain.

TIDAK KERJA SENDIRI, TAPI SATU TIM

Kita tidaklah sendirian. Sebagai seorang wanita, tentunya ada beberapa pekerjaan yang tidak mungkin dikerjakan sendirian. Selama bekerja akan ada bapak/ibu di sekitar kita untuk saling mendukung dalam sebuah tim kerja.

PELANGGAN MENANTI ANDA

Pelanggan menunggu kehadiran kita sebagai perwakilan PLN. Siapa yang membayangkan kita dapat turut melayani pelanggan hingga Pulau Ndao. Pelanggan menanti kita untuk dapat melayani mereka, seperti sekedar membuat aliran listrik sampai di rumah mereka, membuat terang rumah mereka, hingga akhirnya mereka mendapatkan kehidupan yang lebih baik melalui listrik di rumah mereka. Dari sebuah penerangan akhirnya menciptakan sebuah kesempatan untuk membuat hidup yang lebih baik.

Dalam tulisan ini saya menyadari bahwa listrik tidak sekedar memberikan terang di kala malam, namun seakan memberikan kesempatan & harapan baru yang lebih baik bagi mereka yang tinggal di ujung pulau. Tak hanya itu, sebagai wanita yang awalnya tak percaya dapat mengemban tugas di pelosok pulau kini saya merasa.

Disaat yakin pada diri sendiri, percaya bahwa kita berada dalam satu team, dan menyadari ada pelanggan yang menanti pengabdian kita maka pasti dapat melewatinya dengan baik.

Salam dari pejuang Srikandi di ujung pulau selatan Indonesia

| Asri Vitaloka

video and picture taken by. Arif JR

nb. tulisan diatas dibuat sewaktu mengikuti kegiatan INFEST 2020 yang diselengarakan oleh internal PLN



No comments:

Post a Comment