Friday, October 23, 2020

KOREKSI TUH DIRIMU DI TAHUN 28!

Aku lagi di bandara lagi. Melarikan diri. Dari orang-orang dan tempat toxic yang bikin diri pusing tujuh keliling. Tapi, kamu yakin bisa lari? Kayanya selama handphone masi menempel di sekitar badan, kayanya dirimu g bakal bisa jauh dari toxic people dan toxic place! Cuma yakin karna faktor eksternal, jangan sampe dirimu nih yang lagi ngga positif. Bawaannya pengen ngomel mulu, jadi koreksi tuh dirimu!

Menghitung hari menuju usia 28 ya. Tercetus judul “Koreksi tuh dirimu di tahun 28” yang sebenarnya mengarah ke diri aku sendiri. Tapi ditengah segala hal yang terjadi dan ga habis-habis bikin hati, jiwa dan pikiran stress. Harus ada yang diputar kembali untuk mengingatkan begitu banyak rasa syukur yang harus diucapkan sampai hari ini.

MISALNYA NANYA KE DIRI SENDIRI.

Beberapa pertanyaan perlu kutanyakan pada diri, untuk mengetahui sedalam apa kita mengenal diri kita. Cobain deh, kamu ngga bakal tau jawaban yang sebenarnya dari dalam diri. Jangan menjawab untuk terlihat baik, sesungguhnya kita ingin mengetahui apa yang perlu dikoreksi di usia yang tak lagi muda.

Nah, kira-kira begini pertanyaan kepada diriku.

Ngomel mulu sih sri, ngga capek?

Buset dah katanya mau lebih tenang dalam menjalani hari-hari. Boro-boro ya, mau tenang dikit liat WA Group bawaanku mau nyakar orang. Dikit-dikit minta ini, minta itu. Begitu lama dikit udah keluar kata-kata pedes dari mereka yang kubayangin dalam hati mereka pasti mencaci maki diriku. Nah, perlu deh dikit ngomel biar legaan gitu.

Makan terus, ngga takut melar?

Banyak banget si keinginanku buat menjaga badan. Tapi sumpah dah, kalau sudah ngomel tambah mikir dikit kerjaan dan sekaligus ga tau mau ngapain buat pelampiasan. Kujamin asli, pasti langsung ku cari tempat makan terenak dan ngga sadar terus mengunyah. Gimana tuh?

Jalan mulu, duit ngga takut habis?

Aku doyan banget jalan-jalan karna tak mudah mendapatkan sebuah rutinitas yang kusudah tau di akhir hari akan seperti apa. Memang si duit habis, tapi aku sangat rela. Aku bisa menghabiskan waktu diluar lingkungan yang toxic dan tidak ada udara segarnya. Berganti suasana selagi memungkinkan dengan pemandangan laut, danau, atau sekedar kamar penginapan. Beda banget, cobain deh.

Apa sih yang paling kamu bete dari orang?

Dari pengalamanku menjabat hampir 3 tahun, aku sadar kerja ngga cuma kerja. Aku benci dengan orang bermuka dua, ngga bisa kerja tapi songong, dan merendahkan orang lain hanya untuk membuat tinggi dirinya. Ku tak sanggup. Mending ku menghindar atau berharap didoakan segera pindah agar tak berjumpa. Bye.

Apa sih yang paling kamu respect dari orang?

Sekian banyak orang yang membuat bete, tapi tak sedikit orang yang kujadikan panutan bahkan segan kepadanya. Sebuah tim dengan orang-orang pilihan yang dapat saling menerima dan saling memberitahukan dengan cara terbaik seperti apa dirimu. Memberikan sesuatu bukan hanya untuk menjatuhkan, namun kita dapat paham bahwa maksud dari orang tersebut didasari rasa peduli dan kasih sayang selayaknya keluarga.

NOH, MASI MAU NANYA APA?

Apa ya? Mungkin masi banyak yang bisa digali lagi. Cuma satu/dua pertanyaan terakhir biar rada nyambung dengan judulnya..

Ayo, mau bersyukur tentang apa ditahun 2020?

Dengan polos dan jujur kuakan bersyukur kepada Tuhan sudah diberikan kesempatan banyak masi bernapas ditengah orang-orang berjuang untuk bertahan hidup. Walaupun tak dekat, kuharap keluarga dan pasangan masih bisa bersama dan sekedar telepati untuk mengetahui bahwa kita masih dalam satu lingkar ikatan keluarga. Karna ku malas ngetiknya, dan masih banyak lagi yang lainnya..

Kalau bisa dikoreksi, ingin seperti apa koreksi untuk dirimu?

Jelas aku tidak akan mengkoreksi sikap, sifat dasar. Mengubah menjadi lebih baik bagi diri mungkin, tapi tidak berubah untuk membuat orang lain senang. Bagiku kita memiliki kesempatan untuk menunjukan ego diri agar dapat menciptakan filter luar biasa di sekitar lingkungan pertemanan atau pekerjaan.

Loosein ajah! Tidak semua dapat merasakan kebebasan kalau ada sesuatu dibelakang yang ingin dikejarnya. Ya, ngga?

Aku sadar si ya. Usia makin tua, tak berarti seiring dengan bertambah dewasanya seseorang. Kita bebas egois untuk menciptakan filter ketat pada dunia luar. Menentukan topeng mana yang ingin dilihat orang atau sekedar memutuskan untuk masih bersama siapa kita saat ini.

Gitu aja sih ya. Kok, tulisannya aneh?

Entahlah aku juga bingung.

Nengok Nanggung.


Tengok Kanan.


Tengok Depan.

Asri Vitaloka | Warinding, Sumba Island.

No comments:

Post a Comment