Sunday, March 14, 2021

2021

 

Sewaktu aku masih menggunakan laptop lama berwarna putih, ternyata tulisanku jauh lebih banyak dibandingkan saat ini. Kupikir dengan laptop yang lebih baru kesempatanku untuk menulis akan berlipat. Ternyata lebih susah untuk menuangkan sesuatu.

Masih ingat dengan tulisanku “Will Sumba be the next?”. Ternyata jawabannya cukup sederhana walaupun tidak pernah menyangka. Dan ya, jawabannya adalah iya. Aku di sumba semenjak akhir Januari 2021. Tau gitu akhir tahun ngga ngabisin waktu ke Sumba ya.

 

MUSIM HUJAN DI SUMBA

Aku bersyukur ya disambut dengan musim hujan di awal tahun di Sumba. Ya, tepatnya Waingapu. Seakan alam semesta mengatakan bahwa disinilah kamu untuk beberapa saat kemudian. Siapa yang menyangka aku akan pindah ke tempat yang biasanya dijadikan lokasi berlibur bagi sebagian besar orang.

Dan disinilah aku, berusaha membangun cerita baru. Terlebih lagi, babang Kunyu ada di ujung pulau Sumba dan butuh sekitar kurang lebih 4 jam untuk dapat berjumpa. Seru kan.

KUTAK MENGURUSI METER LAGI, BERUBAH PROFESI

Banyak yang perlu di adaptasi. Lingkungan, pekerjaan, dan semua kawan sekitar. Mungkin beberapa orang paham akan pekerjaanku sebelumnya namun kini aku tak lagi mengurusi hal seputar meter dan hal Teknik lainnya. Namun berubah menjadi mengurusi pemasaran dan pelayanan pelanggan.

Adaptasi kecil dan sederhana sebelum sampai ke Sumba, yaitu aku membeli beberapa sepatu dan baju yang sesuai. Klasik, seakan tak perlu namun aku butuh. Segala pemikiran perlu diadaptasi hingga siap menjalani peran baru luar biasa ini. Dan foila, sudah sebulan lebih lamanya aku disini.

JUJUR, KUSEMPAT TRAUMA PACKING

Ngeri banget ngga si, ditengah tahun-tahun lalu aku senang banget kalau packing. Tapi ngga terjadi sewaktu aku menyiapkan segala barangku saat akan pindah ke Sumba. Seakan begitu memuakkan. Persiapan packing yang tak kunjung habis. Barang-barang yang seakan ngga rapi-rapi. Kapan habisnya? Kapan diangkut POS si?

Tapi semua berhasil sampai di sini namun menyisakan pengalaman packing yang begitu memuakkan. Dan jujur, aku merasa agak sedikit mual dan trauma packing saat bosku meminta kami harus dinas keluar kota disaat aku bahkan belum punya kosan di tempat yang baru.


KUPANG BAGIKU TEMPAT LAHIRKU

Berasa seakan dihempaskan dari tempat lahir pekerjaanku. Dan tidak ada yang bisa menyingkirkan siapapu dari posisi terakhirnya kecuali sebuat surat pindah!

Aku ngga bisa ngucapin apa-apa, keburu nangis waktu perpisahan terakhir kali. Diminta buat mengucapkan sepatah dua patah kata dan aku bahkan ngga bisa bilang apa-apa. Seakan didepak dari tempat lahirku di Kupang, namun kurasa ini sesuatu yang harus terjadi dan pastinya terbaik buat kita semua.

Aku harus pindah dan aku siap menerima kisah luar biasa yang disiapkan Tuhan.

Terimakasih Tuhan.

 

***

Banyak hal yang terjadi dalam waktu yang ngga singkat. Ngga semua bisa kutuliskan. Dari penantian lamaku di Rote yang tak kunjung pindah. Haha. Stress memuncak. Dari kapan pindah hingga tidak jadi pindah dan kemudian mendapatkan SK di bulan Januari 2021. Dari mulai hal positif hingga negatif datang dan pergi, tentunya prosesnya tak pernah mudah.

Dari ujung pulau paling selatan hingga berpindah dan sampai ke tanah Merapu. Mulai dari banyak orang mendukung hingga orang mengacuhkan tak menjadi penghalang untuk jalanku di 2021. Semua terjadi selayaknya memang harus terjadi. Setiap orang punya kisah dan langkahnya yang tak semudah terlihat dari luar atau sekedar diceritakan. Ini berbeda dengan realita saat menjalaninya.

Terimakasih Rote, halo Sumba.

Asri Vitaloka | Waingapu

No comments:

Post a Comment