Saturday, June 18, 2016

Pada Pulau Timor, aku Jatuh Cinta

 Biarkan kami bersaudara diantara rumput coklat keemasan

Jatuh cinta memberikan makna spesial tersendiri. Terlebih jika terjadi pada dua insan manusia yang saling bertemu dan saling memberikan pandangan penuh cinta. Akan sangat menyenangkan rasanya. Kali ini aku juga jatuh cinta lagi. Namun kali ini bukan dengan orang. Melainkan sebuah pulau di pelosok selatan Indonesia, yaitu pulau Timor.. Kenapa?

Keelokan Pulau Timor menjadi terasa disaat menonton film “Aisyah” di bioskop Cinemaxx Kupang semalam. Sebelumnya tidak terlalu terlihat seperti apa indahnya pulau ini. Jika kau berdiam, meresapi banyak hal sesungguhnya banyak yang diajarkan dalam keseharian di pulau Timor ini. 

Aku teringat bagaimana menyikapi awal mula mendapatkan penempatan di Kupang. Sungguh tidak dewasa dengan ratapan tangisan kesedihan. Ternyata semua berubah. Percayalah, Tuhan memiliki rencana lebih indah dari dirimu sendiri. Disitulah aku sadar. Aku berada ditempat yang tepat.

Film “Aisyah” memberikan gambaran jelas

Cuplikan film "Aisyah" 

Sebuah film berjudul “Aisyah” yang mengisahkan mengenai seorang gadis Bandung beragama Islam yang akan melangsungkan pekerjaan pertamanya sebagai seorang guru. Rasa baktinya kepada profesinya ditunjukkan dengan berangkatnya beliau ke sebuah kota di perbatasan pulau Timor dan Timor Leste. Kota itu adalah Atambua. Beberapa adegan di Atambua menunjukkan betapa keringnya kota tersebut. Semua berwarna coklat keemasan. Lupakan yang namanya pohon hijau berderetan, hujan deras, lembabnya udara, bahkan sekedar melihat kupu-kupu indah mendatangi bunga-bunga. Semua berbeda. Tapi jangan salah. Keindahan justru berada di sudut yang berbeda.

Mungkin Kupang menjadi tempat yang tepat

Ditengah keseruan film, terbersit sesuatu hal yang tidak terduga. Senyum sekilas muncul dari wajahku dikala mengingat aku berada didaerah yang cenderung panas. Masalah kesehatan menyebabkan aku tidak dapat tinggal terlalu lama di daerah dingin dan lembab seperti Bandung. Untuk itu, bersyukurlah aku. Tuhan menempatkan aku di tempat yang tepat. Bukan yang aku inginkan namun ini yang aku butuhkan.

Jika saja kau tak sadar Asri, mungkin hingga kini kau akan merasa kau ditempatkan di tempat yang salah…

Tidak hanya itu, anak kecil Kupang memberi cerita lain

Beberapa waktu terakhir aku mengikuti komunitas baru. Sebuah komunitas yang dinamakan 1000 guru Kupang. Memiliki tujuan untuk memberikan bantuan pengajaran kepada anak-anak kecil disekitar Nusa Tenggara Timur, khususnya Kupang. Pengalaman luar biasa aku dapatkan saat berada disalah satu program mengajar TnT #6. Bertemu dengan anak-anak kecil di sebuah Desa Sumlili, sekitar 2 jam perjalanan dari Kupang. Mereka luar biasa dan tentunya sangat membutuhkan banyak bantuan dari orang lain terutama di bidang pendidikan. Sama halnya seperti yang dikisahkan dalam film “Aisyah”.

Banyak anak-anak kecil NTT membutuhkan kita. Pendidikan mereka patut diperhatikan yang saat ini jauh dari layak dibadingkan dengan daerah lain. Seketika terbesit sesuatu dari pikiranku. Kini aku tahu kenapa harus berada di Kupang. Karena mereka membutuhkan kita, khususnya anda. Dan dimulai dari aku.

Kami memang berkulit hitam, namun hati seputih salju

Kesederhanaan orang NTT ditunjukkan dari banyak hal. Mulai dari pakaian, pola hidup mereka, cara mereka menyapa, bahkan menyambut orang baru yang datang. Seperti sambutan guru Aisyah di Atambua, aku juga mendapatkan pesta penyambutan saat berada di Sumlili. Pesta sederhana namun penuh makna. Dengan menggunakan halaman luas didepan kelas. Beratapkan terpal biru dan kursi kursi plastik, maka disambutlah kami dengan sangat hangat.

Itu adalah tradisi mereka. Menyambut hangat setiap orang yang datang ke desa mereka. Itu suatu keharusan dan sebagai bukti sederhana bahwa mereka menerima siapapun yang akan mengunjungi mereka. Sebuah senyum dan ucapan sapaan juga menunjukkan bahwa orang NTT begitu ramah.


Dengan semua yang diberikan Tuhan, aku putuskan …

Kuputuskan untuk jatuh cinta. Jatuh cinta dengan NTT, terutama Kupang dengan segala suhu panasnya, eksotiknya kulit hitam mereka, dan wisata alam yang dimiliki NTT. Saat kau menyadari bahwa kau berada disuatu tempat tidak hanya untuk membuat diri senang tetapi ada maksud lain. Seperti kau dibutuhkan untuk orang lain, maka semua akan terasa berbeda. Aku merasa jatuh cinta pada pulau Timor ini. Mengajarkan banyak hal. Tidak hanya mengenai kesenangan dan glamornya mall atau tempat nongkrong semata. Ternyata saatnya Kupang mengajarkan aku untuk jatuh cinta pada hal yang lain. Dan ia berhasil.

Mungkin kau menangis karena kau melihat dari sudut pandangmu sendiri. Maka rubahlah sedikit agar kau bisa melihat bahwa semua tidak sesempit itu. Bahwa ini lebih luas hanya dengan pandangan mata. Jika kau belum bisa melihat? Jangan gunakan mata untuk melihat, perluaslah dengan menggunakan mata hati. Maka akan terlihat seperti apa indahnya hal yang tidak terlihat. Salam.
Asri Vitaloka
Calon Penulis

Jangan lewatkan keseruan cerita aku dalam "Traveling and Teaching" #6 with 1000 Guru Kupang di Desa Sumlili, Kupang. Pengalaman baru dan sungguh menyenangkan. Baru! Mengajar sekaligus jalan-jalan. Coming soon! Tanggal 26 Juni 2016 hanya di blog asrivitaloka.blogspot.com

No comments:

Post a Comment