Sunday, February 16, 2014

A Seeker of Happines or just A Bookworm



      Perjalanan tidak terduga beberapa hari ini menjadi ide baru untuk memulai pembicaraan mengenai seorang pencari kebahagiaan dengan seorang kutu buku yang hanya memperhatikan akademiknya saja. 

         Kisah yang dimulai dengan pertemuan aku dengan kakak anak kosan. Sebut saja namanya Ririn. Aku terbersit untuk menulis sesuatu tentang pembicaraan aku dengan dia. Mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam menarik kesimpulan, karena pembicaraan kami tidak berlangsung lama namun sangat berkesan. Dia seorang perempuan, seusia aku yang kini telah bekerja di salah satu brand baju terkenal di mall Centro. Dulunya dia adalah seorang mahasiswi selama dua tahun.
Singkat cerita, aku menarik kesimpulan bahwa dia adalah seorang pencari kebahagiaan. Semua hal yang diceritakan adalah kejadian sehari-hari yang dialami sebagian besar anak muda. Berjalan-jalan, mencoba kuliner baru, bolos, melawan orang tua, dan semua hal hanya mengenai “Apa yang aku inginkan bukan apa yang orang lain inginkan”. Dia besar di Bali dengan sebuah keluarga kecil yang bahagia. Sifat dasar yang dimilikinya adalah keras dan sepertinya seakan tidak ada orang yang mampu melawan keinginan yang sudah terbentuk. Ini bukan menunjukkan dia seorang yang liar dan tidak punya aturan, hanya saja dia adalah salah satu contoh anak muda yang ingin menikmati hidup dengan sahabat-sahabat disekelilingnya namun tanpa memperhatikan aturan yang diberikan orang tuanya.

           Aku merasa hidupnya menyenangkan. Di umurnya yang hampir sama, yaitu 21 tahun dan dia telah merasakan banyak hal menyenangkan. Berputar di antara kesenangan, bermain, dan bahagia dalam arti anak muda. Bukannya aku tidak mensyukuri apa yang telah aku miliki, mungkin ini hanya sedikit pembanding bagi anak muda di luar sana yang sedang mencari jati diri atau sedang berada dalam masa membentuk masa depannya. Aku ngga bermaksud menggurui lho! Tapi aku merasa ini hal unik untuk diangkat menjadi sebuah tulisan dalam perbandingan dua kisah unik anak muda.

         Aku kini berumur 21 tahun, baru saja lulus dari jurusan elektro Universitas Swasta di Bandung yang ada di Dayeuh Kolot. Lulus dengan predikat cumlaude dan lulus dengan 3,5 tahun. Aku sempat aktif di berbagai organisasi saat kuliah, seperti organisasi kerohaniaan dan kesenian. Menurut sebagian kecil orang, aku telah sukses di masa mudaku. Lulus tepat waktu, akademik lancar, aku memiliki beberapa keterampilan dalam seni. Dan singkat cerita, aku cukup menonjol. Tapi, tau apa yang kurang dari diri aku? Pergaulan dan kesenangan (dalam hal ini waktu bermain). Aku terlalu sibuk dengan akademik, terlalu sibuk memikirkan apa yang harus aku lakukan di hari kedepan. Tanpa memperhitungkan waktu untuk bermain, bersenang-senang, bahkan untuk menghabiskan waktu dengan teman-teman yang mungkin aku punya.

        Segelintir orang dapat menjalani hidupnya tanpa harus memikirkan mengenai akademik, masa depan, dan memiliki kebebasan akan banyak hal. Walaupun harus mempertaruhkan kepercayaan dari orang tua. Memiliki nilai yang pas-pasan, namun punya banyak teman. Hidupnya bersenang setiap harinya dan dirasa entah masalah-masalah yang datang membuat hidup mereka begitu seru dan menyenangkan. Mereka menjalani hidup yang berwarna. Berbeda dengan si bookworm yang menghabiskan waktu untuk melakukan list terhadap banyak hal. Untuk apa? Untuk masa depan tanpa memperhatikan masa muda. Masa untuk bersenang-senang.

        Setiap pilihan pasti mempunyai dampak tersendiri. Entah menyenangkan atau tidak. Tapi percaya atau tidak, setiap pilihan hidup hanya diri sendiri yang berhak memilih dan mendapatkannya. Aku mensyukuri semua yang terjadi dalam hidupku, begitu juga dengan para pencari kesenangan. Mereka mensyukuri hidupnya dengan jalannya masing-masing. Kesuksesan sesungguhnya dibuat berdasarkan individual masing-masing. Karena tau satu hal? 


Satu yang tidak boleh kau sesali adalah pilihan jalan hidupmu..


         Semua pilihan tidak ada yang salah. Apakah ini indah saat ini atau bersakit dahulu baru berharap akan indah di belakang. Oiya, ini seakan hampir menyerupai sebuah film “The Change Up” yang aku tonton beberapa hari lalu. Dua kisah lelaki yang saling menginginkan kehidupan kawannya. Namun, disaat terkabul dan menjalani kehidupan yang mereka inginkan malah mereka menyadari bahwa mereka menyukai apapun yang telah mereka pilih. Dengan satu keyakinan, yaitu jalani dan syukuri maka semuanya akan menjadi indah. Apapun pilihannya, menjadi A seeker of happines or A bookworm!(AV).

1 comment: