Friday, April 18, 2025

Indah dalam Pertanyaan

 

Aku lagi duduk di Es Teh Indonesia dan berharap bisa mengerjakan proposal thesis. Namun, bukannya bisa mengerjakannya, aku malah terpikir untuk bisa menuliskan sesuatu. Pertanyaan yang kadang ditanyakan orang lain. Baik ditanyakan secara langsung atau kudengar dari orang lain.

Terakhir tadi malam ada sebuah pertanyaan,”Kota mana yang paling ingin untuk kamu tinggalin?”. Dan ternyata pertanyaannya sulit ya. Aku coba berikan beberapa pertanyaan yang sering muncul di hidupku belakangan. Atau sekedar menjadi pertanyaan bagi diriku. Mungkin terkesan seperti memberitahu dunia tentang hal yang seharusnya private. Namun, bagiku ini sebagai pengurai apakah jawabanku sudah menuju ke hal tepat yang paling kuinginkan dalam hidup.

Mari kita coba mulai.

Anak yang baik? Atau Kepala Keluarga yang baik?

Aku pernah mendengar kata-kata ini. Dan menjadi seorang laki laki ternyata tidak mudah untuk berada dalam pilihan menjadi anak yang baik. Jika terlalu dominan maka kau akan menjadi anak. Tapi, jika kesempatan menjadi kepala keluarga diberikan maka itu adalah hal utama yang harus difokuskan.

Tidak bisa dijadikan dalam satu pilihan karena tidak apple to apple. Herannya sering terjadi dalam dimensi waktu yang sama (seakan sama) padahal sesungguhnya tidak. Berjalan seiringan dan terpisah. Kuharap kudapati seseorang yang tidak bingung dalam menentukan posisi serta menerima tanggung jawabnya dalam level dan kualitas selanjutnya.

Kota Indah mana yang paling ingin ditinggali?

Kalau keuangan sudah tidak menjadi masalah. Mungkin kupilih Rote sebagai tempat tinggal. Haha. Sebagai seseorang yang tidak berupaya mencari yang paling baik namun cukup, kudapati diriku sudah cukup dengan pulau. Tentu tidak semua memiliki jawaban yang sama.

Tapi ini bukan tentang kota, namun tentang siapa yang berada di kota tersebut. Aku pernah tinggal di kota besar, kota sedang, dan pulau sekalipun. Semakin sedikit ketersediaan yang ada di sekitar, keinginanmu semakin terbatas dengan menurunkan ekspektasi dan ternyata cukup.

Ingin kusapa lebih dulu, partner of my life? Sudah selesai pencariannya?

Aku sungguh penasaran dengan partner hidup yang bisa berbagi rasa, suka dan duka bersama. Bukan hanya untuk menjawab pertanayaan kapan menikah, kapan punya anak, dan kapan meninggal? Eh. Tapi memiliki pasangan yang bebannya adalah pilihanku. Keberadaanku adalah penyemangat dan tantangannya. Dan tidak berpikir untuk berpindah, walaupun lelah dan muak bersama.

Ada yang bisa berbagi berdua dalam cinta kasih dengan segala suka, duka, dan murka. Tidak ada pelanggi sebelum merasakan badai minimal hujan? Tidak pernah terang benderang, jika tak merasakan panas. Aku sungguh penasaran bersama siapa waktu akan dihabiskan. Dalam menjalani hidup berdua dengan anak sebagai bonus (jika diinjinkan).

Datanglah dengan pelan namun pasti. Seharusnya tidak rumit dan sulit jalannya. Jikapun terlalu rumit, maka bukan ini jalannya. Jika terlalu ragu, maka bukan dia orangnya. Kupastikan hatiku memilih diriku, dan dirinya sebagai hal indah tambahan. Dan semoga bisa saling menemani dan memberi dengan seimbang.

Sesungguhnya aku tak suka Bandara, ada yang sama?

Berpindah terus dari satu lokasi ke lokasi baru, hingga kembali menggulangi. Yak, itu Sumba dan Rote. Kukira hanya pilihan makanan dan minuman saja yang kuulangi hingga dua kali. Bahkan semesta pun memberikan tempat tinggal yang tidak beragam.

Kok ga suka bandara? Karena disitu adalah tempat meninggalkan tempat. Baik yang disuka atau tidak. Jika melibatkan sebuah rasa untuk meninggalkan seseorang atau menjadi yang ditinggalkan. Ini bahkan lebih sulit.

Kenapa tidak suka pulang ke rumah? Ada yang buat resah?

Aku benci perasaan terikat dengan orang tua. Kudapati diriku bisa ditinggalkan oleh mereka. Dan aku memilih untuk tidak terikat. Sesekali kembali dan akhirnya melihat mereka semakin tua. Aku semakin kuat. Ingin bertukar atau mengulang waktu adalah sesuatu yang mustahil. Kudoakan selalu yang terbaik bagi mereka.

Sebagai seorang anak yang ingin membuat banyak orang tua Bahagia, sehat, dan berkecukupan. Tapi, didalam pikiranku serasa tak paham harus mulai dari mana. Bagaimana membuatnya serasa cukup tanpa mengorbankan apa yang kuinginkan. Tetaplah sehat, kuatlah sepanjang kau inginkan. Wahai, orang tuaku.

Maka, janganlah mengeluhkan pilihan orang lain. Selalu ada alasan dan latar belakang dari pemilihan dia menjalani hidupnya saat ini. Tidak pernah salah, semua orang hanya berproses di jalan yang berbeda.

Thankyou sudah menyempatkan diri membaca sampai habis. Jangan lewatkan tulisanku “Me-Nyepi” yang ditulis saat momen Nyepi namun ini bukan tentang hari raya Nyepi. Aku suka menulis, menjadi sebuah warisan indah, berkesan dan murah. Tidak lekang oleh waktu. Dan seseorang diluar sana (salah satunya kamu) bisa mengenal aku melalui tulisanku.

 With love, Asri Vitaloka.

Sunday, March 30, 2025

Me-Nyepi

 

Hai, aku tidak akan membahas mengenai hari raya Nyepi. Belakangan aku mendapat sebuah momen dimana kudapati diriku mulai berhenti sejenak, mempertanyakan beberapa hal, melihat sekitar dan berupaya melihat apa yang tidak terlihat.

Duduk menyepi di sebuah taman di atas mall yang lumayan besar di Kawasan Beach Walk, Bali. Kulihat lampu sangat terang disana, namun sangat gelap disekitar taman. Bahkan aku tidak dapat melihat wajah pengunjung lain di sekitarku saat itu. Kudapati diriku duduk sampai melihat banyak orang berjalan cepat dengan tas belanjaan. Mencoba mengejar sesuatu, hingga kusadari tidak ada yang perlu dikejar.

Beberapa pertanyaan random hadir seketika didalam momen tersebut dan beberapa momen setelahnya.

 (Teman) Kuterus memimpikan kawan lamaku, entah karna pengaruh apa.

Sejujurnya aku tidak terlalu paham dengan hubungan pertemanan. Di masa sekarang dengan segala untung dan ruginya, kudapati diriku berupaya memilah pertemanan yang semurni mungkin. Alih-alih mendapatkannya. Hanya tersisa, hubungan pertemanan yang berupaya tidak merasa iri dengan posisi kawannya, tidak merasa terasingkan dengan kehidupan keluarganya, atau sesederhana tidak terusik dengan komentar mengenai gaya hidup.

Namun, kudapati ada satu kawanku yang lebih sering dari sering masuk kedalam mimpiku. Bahkan saat aku sedang memiliki kekasih. Kurasa tak wajar memimpikannya, bahkan disaat tak berpikir tentangnya. Berupaya berpikir bahwa ini sekedar bunga tidur dimana tak ada makna didalamnya. Dan lambat laun, kudapati mimpi-mimpiku mulai memberikan informasi sesuatu. Kemudian kuputuskan untuk menyampaikannya.  

Benang merah dari sebuah hubungan. Yang lebih dekat dari pasangan dan saudara. Kudapati mungkin terdapat sebuah karma, karma di masa lalu. Atau ada sebuah peran yang dituntut satu sama lainnya. Kuakhiri dengan sebuah harapan tidak ada hal luar biasa menakutkan setelahnya.


(Mantan) Setiap beberapa kata-kata di media sosial mengarahkanku pada satu mantan lama yang tak kupedulikan lagi lawaknya.

Beberapa kawan mungkin tahu, bahwa aku memiliki pasangan yang telah kandas setelah hampir 4 tahun menjalaninya. Kini dua tahun lamanya. Kudapati diriku terus mengingat ucapannya,”Butuh orang baru untuk melupakan orang lama”. Dan tidak terjadi padaku saat ini.

Aku percaya apapun yang kubaca dan kuterima, baik dari media sosial maupun bacaan sebuah buku. Biasa memberikan sebuah petuah dan pesan tertentu. Aku mendapatkan sebuah pesan yang sering terngiang dan kudapati diriku menenangkan hati dengan beberapa kalimat.

Tidak pernah terjadi jika tidak harus terjadi; Tuhan menjauhkanmu dari hal-hal yang tidak kau dengarkan dibelakangmu; dan sesuatu untukmu akan dengan mudah menemukanmu. Maka, tenanglah hatiku dengan segala kesehatan dan keberlimpahanku.

(Ortu) Apakah hanya anak manusia yang bisa durhaka? Apakah orang tua tidak?

Disaat semua orang merasa bahwa anak yang selalu durhaka, namun bagaimana dengan orang tua yang selalu memberikan hal yang tidak sehat kepada anaknya. Tidak mungkin tanpa penyebab. Takut deh ngobrol panjang tentang topik ini.

Saturday, February 22, 2025

You Know What? Big Five!

Sesuatu yang selalu dipercaya belakangan. Setiap orang memiliki intuisi dan sensitifitas yang berbeda. Aku percaya pada mimpiku. Percaya pada setiap momen film yang memberikan kata-kata serta kalimat yang sangat relate dengan keadaan. Hingga belakangan, kuputuskan untuk menuliskan beberapa hal. Lima hal yang kucoba tuangkan sebentar lagi.

Sebelum lanjut ya. Aku cukup excited dengan usia yang bertambah. Metabolisme yang melambat, badan yang lebih susah dijaga, dan sakit badan serta lupa-lupa anak muda juga mulai terjadi. Dan entah kenapa, aku suka menjadi tua. Melihat segala perubahan dan siap menyatakan,”Aku sudah merasakan asam manis kehidupan”. Walaupun belum juga menyentuh usia 33 tahun.

Masalahnya bukan tinggal dimana, namun bersama siapa.

Sudah lama aku tinggal jauh merantau di Nusa Tenggara Timur. Kudapati rumahku mulai berpindah. Kucari rumah berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Hingga kusadari, masalahnya bukan tempat bertinggal. Namun bersama siapa waktu dihabiskan. Kusesali bahwa, tidak pernah sadar akan setiap momen dan peristiwa selalu memiliki batas waktu.

Hingga kudapati, aku pernah menyadari bahwa setiap hidupku seakan memiliki periode tertentu. Dengan setiap periode seakan episode dalam sebuah film. Dimana peran datang dan pergi, tergantung kisah yang akan diceritakan. Yang kusesali kembali, tidak mudah merasakan saat ini dan kini. Seakan berlari walaupun tidak bergerak. Mencoba mencari sesuatu diluar. Namun lupa untuk melihat sekitar.

So, sorry. Bagi sekitarku yang terlupa kuperhatikan. Setiap orang hanya berupaya bertahan dengan setiap peristiwa yang diciptakan oleh pikiran, ucapan dan perilakunya.

 


Kalau tidak dikasi yang kamu mau, jangan maksa dan jika dikasi yang kita butuh, jangan menolak.

Pernah kudapati diriku sangat susah mendapatkan banyak hal. Hingga kupikir,”Ah, paling tidak dapat juga”. Kemudian, kembali ke masa dimana sekitarku menyebutkan apapun yang kuinginkan kembali kudapatkan. Semudah itu? Atau sepercaya itu?

Kusapa kembali kedalam diriku untuk melihat apa yang diijinkan untuk datang dan apa yang dijauhkan dengan sangat mudah. Diri sendiri hanya bisa melihat masa lalu dan masa kini. Bahkan sedetik kemudian hanya akan diketahui jika kita sudah melewatinya. Kemudian kupercayai satu hal,”Jangan memaksa sesuatu yang tidak datang dan terima dengan Ikhlas apa yang datang”.

Dengan berpikir seperti itu, ditengah semua orang ingin mendapatkan semuanya maka jalan hidupmu akan lebih ringan. Tidak mendapatkan semuanya, namun kau membutuhkan apa yang dibutuhkan.


Semurni apapun hubunganmu dengan orang lain, ini mengenai transaksi entah mengenai material dan non-material.

Jika kita kembali ke masa anak kecil, sekolah, dan belum memikirkan adult things. Kudapatkan bahwa sepolosnya anak kecil yang berteman dengan sekitarnya. Polos, sederhana, dan tidak menginginkan sesuatu dengan mengupayakan cara politik apapun. Berbeda dengan seorang wanita, belum menikah, dan kini berusia diatas 30 tahun. Semua tidak pernah mudah.

Tuesday, January 28, 2025

Pov 30++ Tahun

 

Memanggil seluruh wanita dari segala jenis kalangan dengan usia sudah melewati 30++ tahun dan sedang berjuang dengan segala keruwetan serta kebahagiaan hidup. Tak jarang mengalami perasaan seakan menaiki roller coaster dan dengan tidak bermaksud menantang, namun seakan bersiap serta berkata,”Cobaan mana lagi yang akan datang Tuhan?”. (Ampun).

Ku spoiler dulu. Tulisan yang akan aku tulis ini merupakan pengalamanku selama bekerja setelah lulus kuliah di tahun 2014. Baru merasakan menjalani hidup yang kadang bersama teman. Yah, kadang sendirian juga. Kadang dikasi teman berdua. Namun, kemudian kembali sendirian. Memiliki kesempatan untuk bekerja mulai dari kerasnya Jakarta, sepinya Rote, hingga menggeloranya Sumba.

Jadi, apa POV aku tentang hidup di 30++ tahun ini?

Temannya Ada, Duitnya Ngga.

Tema: Berjuang Mencukupi Kebutuhan Satu Bulan. Aku baru merasakan bekerja di usia 22 tahun. Dulu yah, aku bisa merasa sangat cukup dengan gaji 2,6 juta di Cakung, Jakarta Timur. Padahal, kalau sudah tanggal belasan udah teriak minta ditraktir teman. Aku bertahan selama 11 bulan. Hingga akhirnya beralih ke pekerjaan baru di salah satu BUMN.

Dalam perjalanan pencarian karir. Aku dulu sempat mencicipi pekerjaan menjadi sales genset Komatsu dengan harga sekitar 1,5 Milyar dan berkeliling Jakarta menaiki sebuah Vario pada saat itu. Oiya, namanya Mimi (si Vario). Jadi gimana? Sudah bisa membayangkan ya. Harga jualan 1.5 M dengan si sales yang pakai motor saat itu, siapa coba yang mau beli?

Ditengah perjuangan mencukupi diri dalam kebutuhan satu bulan. Aku berjuang dengan perasaan,”Orang kerja gini banget ya”. Tanpa takut, bersama teman rasa saudara di tanah Rantau dan kerasnya kota Jakarta. Tapi, aku tidak sendirian. Thanyou, teman-teman BC saat itu. Ditemukan dengan komunitas anak muda Hindu Rawamangun. Seakan kusiap menghadapi dunian.

Aku bertahan hingga Tuhan berkata,”Asri, sudah cukup di Jakarta dan bergeraklah ke timur Indonesia”. Waktu itu, kukira begitulah. Kalau dirimu sedang berjuang dalam mencukupi kebutuhan satu bulan. Just please, perhatikan hati dan pikiranmu. Perhatikan sekitarmu, apa yang diberikan untuk menemanimu? Berikan perasaan legowo dan keluarkan kepada semesta,”Bahwa anda siap menerima yang lebih besar dari saat ini”.

Usia 20’an, Waktu Terbaik Dirimu Untuk Bepergian.

Tema: Bepergian dengan Kekuatan Penuh & Tanpa Perlu Merasa Bersalah. Dengan segala keindahan alam dan keinginan untuk mendatanginya. Kupasrahkan hati dan jiwa untuk memberikan panggilan alam kemana serta bersama siapa akan bepergian. Kudapati diriku menginjakkan kaki di tempat-tempat yang dulunya tidak mungkin kudatangi. Yah, kupastikan mimpi indah yang tidak bisa terwujud waktu lampau kembali datang untuk menagih agar bisa terwujud.

Selama usia 20 tahunan, kurasakan diriku melihat kehidupan di Nusa Tenggara Timur. Menemukan teman perantauan dan berupaya merasakan indahnya sekitar. Terimakasih teman-temanku yang waktu itu mau kubangunin di hari libur (padahal masih capek dari weekdays).

Kuajak bermain, entah itu di jarak dekat atau jauh. Hingga kulihat, hanya sisa aku yang bermain di taman bermain yang terpisah. Aku bisa H-1 bepergian mendaki bukit di Pulau Timor. Tidak perlu berpikir terlalu panjang. Seindah itu, usia 20 tahunan. Bepergian, tanpa takut dianggap tidak dewasa dan meninggalkan tanggung jawab. Dengan badan mendukung untuk kegiatan full day dan tidak encok kemudian.

Dulu, aku selalu takut kehabisan waktu. Kubawa diriku selalu berlari hingga tak jarang melewatkan masa kini. Sibuk mengevaluasi masa lalu dan merencanakan masa depan. Siapa yang begitu?



30’an, Sepertinya Semesta Memilih Jalur Karir Untukku.

Tema: Semesta memilihkan jalan terbaik untukmu. Menurutku, hidup baru dimulai sejak mendapatkan karir pertama pada akhir tahun 2025. Dimulai dengan bekerja di Nusa Tenggara Timur hingga mulai meracik masa depan seperti apa yang diinginkan. Kudapati diriku di saat ini, tidak mendapatkan kesempatan untuk masuk di era wanita menikah dan mengurus anak. Kurasakan semesta memilih jalan hidup berbeda.