Friday, July 18, 2025

About Love.

 About love.

Ada beberapa momen seseorang menorehkan karyanya. Satu, dalam keadaan super sedih. Dua, sedih dikarenakan mau bulanannya. Aku seorang wanita. Yang selalu berupaya menemukan rumah. Diantara beberapa lokasi dan beberapa orang yang datang juga pergi. Semua bergerak dalam sebuah periode hari, bulan, bahkan tahun. Hingga kubayangkan bersama seseorang memiliki batas waktu dan juga garis tutup diakhir penghujung hari. Dalam satu hari entah kapan. Dan itulah yang selalu kupikirkan.

Menjadi seseorang yang selalu terlihat harus kuat dan mengupayakan banyak hal untuk membuat diri merasa pantas. Justru datang dari seseorang yang ingin dianggap sesuatu pada awalnya, kemudian bergerak menjadi entah apa yang kulakukan jika tidak bergerak.

Kuupayakan diriku selalu bergerak membuat senang banyak orang. Hingga kuputuskan untuk menjadi egois dan ngga papa.

About love.


Tidak hanya satu kali kujalani hidup berdampingan dengan beberapa orang. Satu, bersama seseorang yang kupikirkan akan menemaniku entah untuk apa. Dua, bersama seseorang yang kurasakan rasa kasih dan cintanya. Tiga, hingga kudapati diriku jatuh cintah sangat jatuh hingga terluka cukup parah tanpa darah.

Setiap perpisahan kuakui memiliki rasa sakit beragam dan semakin sakit belakangan. Kemelekatan diantara dua orang, aku dan orang lain. Sesuatu dan seseorang yang kuharap menjadi rumah aman serta kembali. Namun, tidak tercipta. Entah karena aku yang tidak siap menciptakan rumah. Atau orang lain yang belum merasa fit denganku.

Rasanya ingin kusalahkan banyak hal. Hingga kusadari ada sebuah pola. Dimana semua bergerak dalam pola sama diantara ketidaksetujuan para Ibu tercinta. Kemudian, kusadari bahwa mungkin aku sedang mengalami sebuah karma. Karma yang dulu kulakukan pada orang lain. Dan tiba waktunya untukku menerima kembali pelajarannya.

About love.

Kurasakan napas sesak satu dua kali terjadi belakangan. Kudapati diriku lelah tidak hanya fisik, namun juga pikiran. Kudapati kembali bahwa diriku berupaya untuk pulih, namun belum sepenuhnya sembuh. Bukan karena ingin kembali, dan kurasa serta kuharap terjadi karena sudah mendekati proses akhir dari segalanya.


Kesembuhan dari segala ketidaknyamanan tentu selalu hadir. Dan begitu mencintai seseorang sudah harus siap menerima sakit dan patah hati. Kuingat seseorang mengatakan padaku,”Sepertinya akan seru untuk bersama denganmu”. Hingga kemudian semua berubah begitu rasa diantara dua hati diuji dengan kepekatan hati satu sama lain, doa restu orang tua, hingga harta duniawi.

Semua silih berganti hadir namun perlahan mulai mereda. Begitu itu muncul, kudapati diriku runtuh kembali setelah kuat membuat semuanya kembali berdiri. Hingga kupertanyakan, “Apakah ini sisa energi darinya yang sedih dan masih memiliki koneksi denganku?”. Kuyakinkan hatiku tidak, namun sisanya mengatakan sangat jelas. Ini bisa saja terjadi.

About love.

Satu dua tiga, dalam hitungan semesta dan kepekaan yang semakin dalam. Kudapati satu dua pesan baik secara langsung dan tidak. Tersembunyi dalam balutan pesan tak terlihat semesta. Bahwa dirimu tidak membutuhkan banyak hal diluar sana. Tidak perlu menjelaskan dengan sangat. Tidak usah mengemis begitu kuat. Dirimu sudah cantik dan kuat tanpa perlu dibuktikan.

Kemudian sebuah rasa hangat bisa merasakan bahwa akan tiba waktunya. Seseorang dalam wujud sederhana namun meyakinkan. Berjumpa dalam sebuah ketidaksengajaan. Seakan tidak sengaja, namun sudah diatur sedemikian halus oleh semesta. Karena tidak mungkin terjadi, tanpa ada alasan. Bahkan satu partikel super kecil saja sudah diatur pergerakannya. Bahwa bentuk ice saja begitu rumit aslinya.

Dimulai dari rasa ketidakpercayaan. Akhirnya kuucapkan aku telah sampai pada titik dimana kulepaskan semua yang sudah tidak bisa bersama. Kupastikan dengan sangat agar menjaga diri dan hati.

About love.

Kamu akan tahu. Pasangan hidupmu dihadapanmu akan tahu. Seharusnya ringan adanya. Tidak sulit dan tidak memiliki drama didalamnya. Ringan bersama dalam menjalani hidup bersama. Tanpa rasa takut untuk selalu kehilangan kapanpun.

Terimakasih untuk banyak hal. Kuat dan tidak kuatnya diri, sesungguhnya ada pasangan hidup dalam hubungan twin flame, soulmate, atau apapun itu. Hadir, ada. Namun, belum bersama.

Semua akan hadir disaat persiapan semesta dirasa cukup. Dan kamu sudah mencukupkan dirimu sendiri. Ia akan hadir dalam bentuk paling cukup dan kesempatan paling tepat. 

Love. Asri Vitaloka.

Sunday, June 29, 2025

Mau Bilang Apa?

Sudah lama kali ya engga nulis apapun ya. Cuma mau bilang, ternyata lintas Rote-Sumba sudah closing di Mei 2025 buat perjalanan trip ala karir eyke. Labuan bajo jadi the next destination buat hidup aku. Yang belakangan strees, bangga, duduk, berdiri. Ketawa ketiwi, eh malah sudah disini.

Rada kota dengan vibes liburan. Biasa kesini jalan-jalan ini malah kerja. Jadi aku cuma mau bilang,”Selamat Asri, kamu sudah melanjutkan hidup ke chapter selanjutnya!”. Ngga cuma selamat buat aku. Kuucapkan selamat buat kalian yang lagi gedubrag gedubreg, lagi santai, habis pindah rumah, pindah kerja, habis married, habis lahiran, atau bahkan yang sedang berjuang dengan problemnya.

Cuma mau bilang. Semangat! Hidup jalan terus, kalau ruwet tidur bentar. Kalau ga bisa tidur, jalan kaki. Ngga kuat sendiri? Maka mintalah pertolongan. Ngga ada yang dimintain tolong? Berdoa yuk.

Disaat Jatuh, Mendadak Rajin Ibadah.

Aku pernah rajin bener ibadahnya, pernah melalang lintas waktu ibadahnya. Tergantung tempat biasanya. Tapi disaat satu momen kudapati diriku anteng tanpa cobaan dan kemudian boom! Mendadak semesta memberi kerjaan, ujian, dan cobaan. Dalam sedalam-dalamnya. Aku belum bahas hati ya. Ini tentang kerjaan.

Singkat cerita, kudapati diriku disalahkan atas banyak hal. Karena sesuatu yang merenggut jiwa di dunia kerja hingga kehilangan banyak tim secara mendadak. Mendadak ganti bos, mendadak ganti teman sejawat, dan mendadak harus berdiri tegar ditengah tim sekitar yang butuh dikuatkan.

Disana kusadari bahwa. Beberapa momen terpaksa tegar dan kudapati diriku beribadah dengan sangat khusyuk. Teduh, sedih, dan begitu dekat dengan Tuhan. Jadi, cuma mau bilang: “Dimulai lagi yuk, dengan khusyuk dan teduh untuk berjumpa dan rindu dengan Tuhan”. Dan aku sampe berpikir, dikasi cobaan soalnya Tuhan rindu sama kamu.

Disaat Pintu Terbuka, Mendadak Semua Seakan Mudah.

Kudapati aku pernah mencap diriku bahwa,”Ngga akan aku dengan mudah mendapatkan apapun yang kuinginkan dimuka bumi ini”. Boom! Sudah lama menanti, menunggu, dan kudapati bahwa ngga ada yang ngga mungkin. Begitu tertulis rejekinya buat kamu, percayalah apapun situasinya seakan mengalir menuju pada dirimu.

Aku mau ini. Ngga dapat. Pengen itu? Kelewat. Sampai sekarang, ngga ada pengenku satu satu. Lah, seakan semesta memberikan satu per satu paket cerita kehidupan yang keluar dengan indah, cantik, dan sesuai kemampuanku. Konon katanya rejeki dan cobaan setiap orang berbeda. Maka kuterima rejeki luar biasaku dengan lapang hati dan berupaya tidak membandingkan apapun yang sudah diterima di waktu yang tepat.

Satu hal yang dulu sempat kuyakini dengan sangat. Dan aku cuma mau bilang,”Jika berebut untuk mendapatkannya, maka akan kulepaskan dengan Ikhlas. Jika mudah dan special buatku peruntukannya, maka seberapa besarpun orang berupaya mengagalkannya maka akan kembali kepadaku dengan mudah”.


Disaat Jatuh Cinta, Mendadak Buta Sekitarnya.

Kalau orang bilang kutak jatuh cinta? Mungkin satu kekuranganku adalah syulit bertahan dan menemukan sang pujaan hati yang menetap. Terkadang kulari, dan tak jarang pasangannya yang lari. Wkwkwk. Namun, begitu mudah jatuh cinta dan dalam merasakannya, kemudian seketika semua mendadak buta dibuatnya.

Kebetulan aku mendapat kesempatan berjumpa dan menjalin kisah dengan musisi, pemain bola, dan tidak punya hobby spesifik. Dari yang ekstrovert, introvert, dan ambivert. Mulai yang pendiem, rame bener, sampai berjiwa saing tinggi. Oiya, bahkan beda agama pun pernah dicicipi. Buta aja, dikira mudah. Ya ampun, ujiannya mayan ya. Dalam memilih diri dan keyakinan dengan pilihan untuk bisa bersama orang lain.

Satu hal lagi yang kupelajari. Dan aku cuma mau bilang,”Konon katanya jatuh cinta harusnya terasa mudah dan ringan. Tidak berat atau terbebani. Jika ada perasaan menjanggal maka jangan dipaksakan. Yang ada akan makin mahal untuk kembalinya dan semakin berat jika terjatuh dikemudian”.


Disaat Semua Membuatmu Kurang, Mendadak Berpindah Tempatlah.

Tak jarang kita selalu merasa kurang. Bukan karena kurang, tapi secara tidak sengaja banyak hal toxic disekitar yang menumpukkan hal negative didalam diri. Berupaya menitipkan beban berat, walaupun kau tidak membutuhkannya. Bahkan dirimu tak akan dengan mudah untuk melepaskan rasa bersalah akibat komentar sepihak dari luar.

Terakhir, aku mendapati diriku bahwa jika seseorang terus berada di lingkungan yang sama. Maka, akan aneh jika ia melihat hal lain yang tidak sesuai. Muncullah sebuah pemikiran aneh dan rasanya ingin dengan cepat berkomentar terhadap sesuatu. Namun, jika seseorang sudah tinggal dengan masyarakat yang beragam. Maka, kau hanya mendapatkan bahwa tidak ada yang berbeda atau kurang.

Maka, aku cuma mau bilang,”Jika dirimu selalu merasa kurang mungkin tempatmu salah. Jika dirimu selalu dianggap tidak pernah OK, bisa saja dirinya yang bermasalah. Selalu perhatikan dua sudut pandang. Dan jika semua sudah membuatmu seakan kurang sebagai diri pribadi, maka berpindahlah. Tempatmu salah.”.



Disaat Semua Berasa Cukup, Mendadak Semua Terpenuhi.

Kalau berasa selalu ada yang kurang, pasti akan muncul kecewa pada diri dan juga sekitar. Pernah kok aku merasa sangat sensitive terhadap apapun. Tidak lagi bisa diterima segala jenis sikap yang tidak menghargai dari orang lain. Terkadang rasa cukup bukan hanya bisa dibentuk dari dalam diri. Namun, juga harus dipilih dari sekitar.

Kuputuskan untuk merasa cukup dengan orang-orang yang terpaksa kuterima namun  tidak nyaman bersama. Kuputuskan menghindari banyak situasi yang membuatku merasa lelah. Kuputuskan selalu memilih diriku sendiri ditengah banyaknya huru hara perlu duduk berkelompok dan wajib mengikuti orang lain. Kuputuskan bahwa aku harus merasa cukup dalam standarku sendiri.

Maka, aku sekali lagi cuma mau bilang,”Disaat dirimu merasa semua cukup, maka seakan mendadak dirimu akan memilih orang, lokasi, dan momen yang dapat membuat dirimu penuh serta utuh dalam menjalani hidup”. Thankyu sudah membaca sampai akhir.



Jadi, aku cuma mau bilang itu aja kok. Siapa tau pendapat kita sama. 
Oiya, tulisanku kali ini didampingi dengan beragam momen dengan kawan lama, kawan baru, bapak rekan kerja baik kenalan lama dan kenalan baru. Thankyou.
With love, Asri Vitaloka.

Friday, April 18, 2025

Indah dalam Pertanyaan

 

Aku lagi duduk di Es Teh Indonesia dan berharap bisa mengerjakan proposal thesis. Namun, bukannya bisa mengerjakannya, aku malah terpikir untuk bisa menuliskan sesuatu. Pertanyaan yang kadang ditanyakan orang lain. Baik ditanyakan secara langsung atau kudengar dari orang lain.

Terakhir tadi malam ada sebuah pertanyaan,”Kota mana yang paling ingin untuk kamu tinggalin?”. Dan ternyata pertanyaannya sulit ya. Aku coba berikan beberapa pertanyaan yang sering muncul di hidupku belakangan. Atau sekedar menjadi pertanyaan bagi diriku. Mungkin terkesan seperti memberitahu dunia tentang hal yang seharusnya private. Namun, bagiku ini sebagai pengurai apakah jawabanku sudah menuju ke hal tepat yang paling kuinginkan dalam hidup.

Mari kita coba mulai.

Anak yang baik? Atau Kepala Keluarga yang baik?

Aku pernah mendengar kata-kata ini. Dan menjadi seorang laki laki ternyata tidak mudah untuk berada dalam pilihan menjadi anak yang baik. Jika terlalu dominan maka kau akan menjadi anak. Tapi, jika kesempatan menjadi kepala keluarga diberikan maka itu adalah hal utama yang harus difokuskan.

Tidak bisa dijadikan dalam satu pilihan karena tidak apple to apple. Herannya sering terjadi dalam dimensi waktu yang sama (seakan sama) padahal sesungguhnya tidak. Berjalan seiringan dan terpisah. Kuharap kudapati seseorang yang tidak bingung dalam menentukan posisi serta menerima tanggung jawabnya dalam level dan kualitas selanjutnya.

Kota Indah mana yang paling ingin ditinggali?

Kalau keuangan sudah tidak menjadi masalah. Mungkin kupilih Rote sebagai tempat tinggal. Haha. Sebagai seseorang yang tidak berupaya mencari yang paling baik namun cukup, kudapati diriku sudah cukup dengan pulau. Tentu tidak semua memiliki jawaban yang sama.

Tapi ini bukan tentang kota, namun tentang siapa yang berada di kota tersebut. Aku pernah tinggal di kota besar, kota sedang, dan pulau sekalipun. Semakin sedikit ketersediaan yang ada di sekitar, keinginanmu semakin terbatas dengan menurunkan ekspektasi dan ternyata cukup.

Ingin kusapa lebih dulu, partner of my life? Sudah selesai pencariannya?

Aku sungguh penasaran dengan partner hidup yang bisa berbagi rasa, suka dan duka bersama. Bukan hanya untuk menjawab pertanayaan kapan menikah, kapan punya anak, dan kapan meninggal? Eh. Tapi memiliki pasangan yang bebannya adalah pilihanku. Keberadaanku adalah penyemangat dan tantangannya. Dan tidak berpikir untuk berpindah, walaupun lelah dan muak bersama.

Ada yang bisa berbagi berdua dalam cinta kasih dengan segala suka, duka, dan murka. Tidak ada pelanggi sebelum merasakan badai minimal hujan? Tidak pernah terang benderang, jika tak merasakan panas. Aku sungguh penasaran bersama siapa waktu akan dihabiskan. Dalam menjalani hidup berdua dengan anak sebagai bonus (jika diinjinkan).

Datanglah dengan pelan namun pasti. Seharusnya tidak rumit dan sulit jalannya. Jikapun terlalu rumit, maka bukan ini jalannya. Jika terlalu ragu, maka bukan dia orangnya. Kupastikan hatiku memilih diriku, dan dirinya sebagai hal indah tambahan. Dan semoga bisa saling menemani dan memberi dengan seimbang.

Sesungguhnya aku tak suka Bandara, ada yang sama?

Berpindah terus dari satu lokasi ke lokasi baru, hingga kembali menggulangi. Yak, itu Sumba dan Rote. Kukira hanya pilihan makanan dan minuman saja yang kuulangi hingga dua kali. Bahkan semesta pun memberikan tempat tinggal yang tidak beragam.

Kok ga suka bandara? Karena disitu adalah tempat meninggalkan tempat. Baik yang disuka atau tidak. Jika melibatkan sebuah rasa untuk meninggalkan seseorang atau menjadi yang ditinggalkan. Ini bahkan lebih sulit.

Kenapa tidak suka pulang ke rumah? Ada yang buat resah?

Aku benci perasaan terikat dengan orang tua. Kudapati diriku bisa ditinggalkan oleh mereka. Dan aku memilih untuk tidak terikat. Sesekali kembali dan akhirnya melihat mereka semakin tua. Aku semakin kuat. Ingin bertukar atau mengulang waktu adalah sesuatu yang mustahil. Kudoakan selalu yang terbaik bagi mereka.

Sebagai seorang anak yang ingin membuat banyak orang tua Bahagia, sehat, dan berkecukupan. Tapi, didalam pikiranku serasa tak paham harus mulai dari mana. Bagaimana membuatnya serasa cukup tanpa mengorbankan apa yang kuinginkan. Tetaplah sehat, kuatlah sepanjang kau inginkan. Wahai, orang tuaku.

Maka, janganlah mengeluhkan pilihan orang lain. Selalu ada alasan dan latar belakang dari pemilihan dia menjalani hidupnya saat ini. Tidak pernah salah, semua orang hanya berproses di jalan yang berbeda.

Thankyou sudah menyempatkan diri membaca sampai habis. Jangan lewatkan tulisanku “Me-Nyepi” yang ditulis saat momen Nyepi namun ini bukan tentang hari raya Nyepi. Aku suka menulis, menjadi sebuah warisan indah, berkesan dan murah. Tidak lekang oleh waktu. Dan seseorang diluar sana (salah satunya kamu) bisa mengenal aku melalui tulisanku.

 With love, Asri Vitaloka.

Sunday, March 30, 2025

Me-Nyepi

 

Hai, aku tidak akan membahas mengenai hari raya Nyepi. Belakangan aku mendapat sebuah momen dimana kudapati diriku mulai berhenti sejenak, mempertanyakan beberapa hal, melihat sekitar dan berupaya melihat apa yang tidak terlihat.

Duduk menyepi di sebuah taman di atas mall yang lumayan besar di Kawasan Beach Walk, Bali. Kulihat lampu sangat terang disana, namun sangat gelap disekitar taman. Bahkan aku tidak dapat melihat wajah pengunjung lain di sekitarku saat itu. Kudapati diriku duduk sampai melihat banyak orang berjalan cepat dengan tas belanjaan. Mencoba mengejar sesuatu, hingga kusadari tidak ada yang perlu dikejar.

Beberapa pertanyaan random hadir seketika didalam momen tersebut dan beberapa momen setelahnya.

 (Teman) Kuterus memimpikan kawan lamaku, entah karna pengaruh apa.

Sejujurnya aku tidak terlalu paham dengan hubungan pertemanan. Di masa sekarang dengan segala untung dan ruginya, kudapati diriku berupaya memilah pertemanan yang semurni mungkin. Alih-alih mendapatkannya. Hanya tersisa, hubungan pertemanan yang berupaya tidak merasa iri dengan posisi kawannya, tidak merasa terasingkan dengan kehidupan keluarganya, atau sesederhana tidak terusik dengan komentar mengenai gaya hidup.

Namun, kudapati ada satu kawanku yang lebih sering dari sering masuk kedalam mimpiku. Bahkan saat aku sedang memiliki kekasih. Kurasa tak wajar memimpikannya, bahkan disaat tak berpikir tentangnya. Berupaya berpikir bahwa ini sekedar bunga tidur dimana tak ada makna didalamnya. Dan lambat laun, kudapati mimpi-mimpiku mulai memberikan informasi sesuatu. Kemudian kuputuskan untuk menyampaikannya.  

Benang merah dari sebuah hubungan. Yang lebih dekat dari pasangan dan saudara. Kudapati mungkin terdapat sebuah karma, karma di masa lalu. Atau ada sebuah peran yang dituntut satu sama lainnya. Kuakhiri dengan sebuah harapan tidak ada hal luar biasa menakutkan setelahnya.


(Mantan) Setiap beberapa kata-kata di media sosial mengarahkanku pada satu mantan lama yang tak kupedulikan lagi lawaknya.

Beberapa kawan mungkin tahu, bahwa aku memiliki pasangan yang telah kandas setelah hampir 4 tahun menjalaninya. Kini dua tahun lamanya. Kudapati diriku terus mengingat ucapannya,”Butuh orang baru untuk melupakan orang lama”. Dan tidak terjadi padaku saat ini.

Aku percaya apapun yang kubaca dan kuterima, baik dari media sosial maupun bacaan sebuah buku. Biasa memberikan sebuah petuah dan pesan tertentu. Aku mendapatkan sebuah pesan yang sering terngiang dan kudapati diriku menenangkan hati dengan beberapa kalimat.

Tidak pernah terjadi jika tidak harus terjadi; Tuhan menjauhkanmu dari hal-hal yang tidak kau dengarkan dibelakangmu; dan sesuatu untukmu akan dengan mudah menemukanmu. Maka, tenanglah hatiku dengan segala kesehatan dan keberlimpahanku.

(Ortu) Apakah hanya anak manusia yang bisa durhaka? Apakah orang tua tidak?

Disaat semua orang merasa bahwa anak yang selalu durhaka, namun bagaimana dengan orang tua yang selalu memberikan hal yang tidak sehat kepada anaknya. Tidak mungkin tanpa penyebab. Takut deh ngobrol panjang tentang topik ini.