Sunday, October 26, 2025

Hey, 33.

Asri, si batita.

Kusampaikan sepucuk surat buat diriku. “Thankyu, Asri sudah berjuang sejauh ini. Bergerak dengan mode penuh dalam posisi bertahan. Karna ada rasa tak sanggup, namun tetap bergerak. Memilih untuk tidak menyerah dengan cobaan dan ujian yang dicoba-cobain. Tarik napas panjang jika lelah. Bersyukurlah jika ingin menyerah. Dan berupayalah jika tak ingin menyesal. Sudah sejauh ini, sudah tak perlu dipertanyakan lagi. Usahamu sudah luar biasa, silahkan duduk menunggu dan melihat hasil panen terbaikmu.”

Peran wanita single masih mendominasi. Walaupun harapan banyak akan sedikit bergerak menjadi wanita karir dengan partner hidup dan baby-baby lucu dalam sebuah keluarga. Mengelitik sedikit melihat sekitar dengan ingatan,”Oh, ini yang dulu pernah kuinginkan”. So, kusapa dengan lembut usia baru 33 tahun dengan segala dilemma dan romantika dunia “Onty” (aku) belakangan.

Adakah yang berubah?

Yap. Lokasi tempatku tinggal. Labuan bajo akhirnya menjadi tempat ke-4 di Nusa Tenggara Timur. Memberi warna berbeda setelah Kupang, Rote, dan Sumba. Akhirnya kudapati diriku berada di tempat yang dulunya ingin kudatangi lebih dari sekali. Tapi ini bukan tentang tempat.

Aku rasa kita butuh satu titik poin istirahat untuk mengetahui sudah sejauh mana berjalan, sudah sejauh mana perubahan dalam diri, dan akan bepergian kemana setelah ini. Menuju arah hidup yang mana dan seperti apa? Jika sudah mulai mempertanyakan, bisa saja jalan hidup lama sudah tak sejalan dengan jalan hidup di kemudian hari. Ini bisa mengenai kebiasaan, orang sefrekuensi disekitar, atau bahkan setiap pilihan yang dipilih.

Adakah yang berubah? Yap, ada. Setiap kesalahan, kepergian, dan keputusan salah benar di sebelum hari ini telah terjadi. Dan itu terus berupaya merubah pola untuk membuatmu bergerak dan tak hanya memilih sesuatu yang tak tepat di kemudian hari. Membuatmu memiliki pilihan untuk menjadi orang baru di kemudian hari.

 

Apakah yang pernah disesali dengan sangat?

Sudah masuk ke pertanyaan yang mulai menoreh emosi ya. Aku sesali kenapa tidak bisa berdiam diri dengan beberapa orang sama dalam jangka waktu lama. Kusesali diriku hanya punya waktu terbatas. Entah itu orang tua, mantan pasangan, kawan lama, atau partner kerja.

Makin kesini, makin disadari bahwa setiap manusia punya cobaan, ujian, atau rasa baru tidak nyaman yang dihadirkan guna mengubah seseorang dengan sangat patah sehingga menjadi baru dan lebih kuat. Bahkan, pasangan pun tak pernah menjadi kekal dalam waktu. Terkadang cinta yang begitu dalam bisa berubah wujud menjadi asing dan lebih jauh dari musuh bebuyutan.

Nulisnya aja sudah mulai nangis deh. Kezel banget. Ditambah lagi nyambi dengerin lagu Raisa yang lagi potek hatinya sama si Hamish. Jadi, apa yang kusesali? Waktu terbatas dengan keluarga, orang baru rasa keluarga, dan bahkan hubungan yang diakhiri perpisahan dengan tujuan pembelajaran. Dan akhirnya selalu ada awal mula baru lagi, sendirian.

Bagaimana caramu bersyukur hingga hari ini?

Kadang aku mengeluh dengan banyak gaya. Tidak sekali, dan tidak sedikit. Kudapati diriku selalu diingatkan untuk bersyukur. Ada saja cara semesta menyampaikan satu dua hal yang sulit kupahami. Orang asing dan teman lama tak sedikit yang mengucapkan,” Kamu senang ngobrol ya, ramah”, “Positive vibes banget”, “Tidak sedang tertinggal kok”.

Akhirnya kudapati diriku sedang disadarkan bahwa tak sedikitpun yang dilakukan bisa saja memberi dampak bagi orang lain. Tak hanya semua tentang diri ini. Dan tidak sekali kupahami bahwa ada tim, teman, dan sekitar yang membutuhkan energiku.

Kusyukuri dengan sangat apapun yang hadir sebagai penyemangat, pembelajar, atau pemberi arahan. Setiap hal yang sedang dijalani saat ini bisa saja yang kuinginkan dengan sangat di beberapa waktu lalu. Jikapun dapat kesempatan untuk bisa memberikan energi lebih dalam bentuk hal positif, baik itu di lingkungan pekerjaan atau lingkar kecil di sekitarku. Aku akan sangat bersyukur.


Siapakah yang ingin dijumpai di masa depan?

Aku penasaran seperti apa the partner of my life. Adakah orangnya? Siapakah orangnya? Yang siap menjalani hidup berdua untuk bisa saling memberi, menerima, memaafkan, dan memulai kembali. Pernah kudapati momen jatuh cinta dengan sangat, ternyata juga memberikan sakit hati paling parah. Tapi, apakah memang suka selalu disandingkan dengan duka? Jika iya, maka aku rela.

Aku pun percaya tidak pernah ada perasaan bahagia yang begitu dalam jika tak menghadirkan kekecewaan dan kesedihan mendalam di kemudian hari. Ditengah berbagai kisah perpisahan baik di lingkungan dekat maupun di berita ya, masih banyak harapan untuk berjumpa dengan satu orang terkasih dikemudian hari. Love.

Siapakah yang ingin dijumpai? Pasangan hidup yang membuat hidup aman, nyaman, penuh kasih. Tidak menuntut sesuatu yang sama setiap saat. Karna hidup penuh gejolak. Tapi, putuskanlah satu jika sudah memilih dan memiliki seorang pasangan. Dengan harapan sehati dan sekata hingga akhir hayat.

Karena perasaan paling dalam dari cinta sejati tidak bisa hilang, namun dapat berubah wujud dalam perasaan menghargai dengan sangat bahwa pernah mencintai sebegitu dalamnya.


Satu Dua Penyemangat.

“Cinta begitu dalam tidak pernah bisa menghilang, hanya berubah menjadi rasa syukur pernah memberi rasa sedalam itu. Tidak pernah kurang sesuatu dalam diri, dirimu hanya berada bersama seseorang yang tidak ditakdirkan bersama. Semua memiliki cerita dan peran berbeda, jangan pernah berharap memiliki kisah sama. Bahkan orang lain tak jarang menginginkan kisah yang kau Jalani. Tidak perlu menjadi setengah, mantapkan diantara nol dan satu. Ini membuatmu tidak sia-sia atau menyesal dengan keputusanmu. Semua bergerak tidak secara acak. Semua masalah bisa diselesaikan, beberapa hanya perlu waktu untuk selesai”.

Jadi, topik usia 33?

Tidak pernah secara acak dan berantakan sesuatu terjadi dan bersama siapa. Usia 33 tahun menjadi usia yang kuharapkan tidak lagi berlari dengan sangat kencang walaupun masih berlari kecil. Tidak lagi terlalu lelah, walaupun satu dua kali dibutuhkan upaya dengan sangat. Tidak terlalu bergantung pada orang lain, walaupun masih ada harapan ingin bergantung pada seseorang.

Usia 33 tahun menjadi titik tolak sehingga selalu berupaya memilih diri sendiri yang utama kemudian bersyukur jika bisa memberikan dampak kepada orang lain. Tidak pernah bisa memberikan hal baik dan bahagia jika dirimu belum selesai terisi.

Usia menuju matang dengan harapan bisa berjumpa dengan orang-orang sefrekuensi dengan penuh cinta, hangat, dan bersahaja. Di manapun berada. Tidak perlu mengejar banyak hal. Butuh momen cantik, langka dalam perjalanan satu dua kali. Berupaya tidak diam dan tenggelam dalam hal yang tidak bisa diubah. Selalu ceria dan berikan apapun secara maksimal dengan kapasitas yang bisa diberikan. 

Penuh cinta, Asri Vitaloka.


No comments:

Post a Comment