Sunday, November 25, 2018

TERANG KALA MALAM DI NDAO ISLAND


Tumbenan sih aku pergi satu hari ke pulau sebrang bukan maksud untuk berlibur, namun menjalankan tugas. Jarang, namun terjadi saat itu. Kucoba menikmati indahnya pulau Ndao dengan listrik hanya pada malam hari, sinyal pada beberapa titik pantai, dan kesederhanaan dari warga sekitar. 

Ngga perlu deh susah-susah niatin diri buat gadget detoks! Dijamin tanpa diminta kalian akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk memperhatikan orang sekitar tak hanya melihat layar handphone. Atau sekedar sok sibuk. Bukannya gimana, sinyal internet sangat susah di pulau Ndao. Hanya semalam saja, aku sudah bisa menyimpulkan. Ndao memberikan arti sendiri bagi pendatang yang berkunjung kesana. Pergi kembali ke dunia dimana sinyal internet, air, bahkan listrik tergolong hal langka disana. Jadi, bisa bikin apaan coba di Ndao?

Terkesima deh Sama Pantainya.

Perjalanan ke Ndao ngga bisa dibilang mudah ya. Butuh perjuangan naik kapal selama hampir satu setengah jam. Belum lagi gelombang laut menuju Ndao terkenal dasyat. Jangan pernah berharap bisa berangkat kesana di bulan Januari sampai Maret, dijamin parah!

Tapi, takut kalian pasti hilang kalau sudah sampai di pantai Ndao. Pantai putih bersih dengan warna cerah biru laut terkesan bikin kalian lupa dengan perjalanan kesana. Oiya, kalau ke Ndao kita bisa menyaksikan pemandangan pulau Nuse dan Do’o dari kejauhan. Seru deh!

 

Berhubung di Rote susah banget dapat berenang di laut. Karena ngga ngerti lagi harus main laut dimana. Ada yang bilang angker kalau di Mulut Seribu, ada yang arusnya kekencengan di Nembrala, dan bahkan berenang sama kapal karna efek dekat pelabuhan Baa. 

Begitu liat Ndao punya pantai cantik gilak! Ingin kuceburkan saja badan besarku. Suer! Eits, ini baru penyambutan tapi ada apa lagi di Ndao ya?

Diputusin sinyal, bukan diputus komunikasinya!

Buat kalangan anak muda yang stress banget sama gadgetnya, pas banget deh kalau berada di Ndao. Bayangin ya, sinyal disana hanya ada di titik-titik tertentu. Kaya pinggir pantai, diatas bak tampung air, dan sedikit beruntung di teras depan kantor PLN. 

Rasa sedih sih ya. Dijaman kota besar udah pada 4G+ dan sedihnya di Rote baru masuk 4G, ternyata malah ada yang lebih parah. Bayangin kalau sedang berada di rumah warga itu sama sekali ngga ada sinyal. You get all of your time! Kaya banget deh sama waktu disana. Sebagian waktu bisa dihabiskan untuk bercengkrama atau sekedar menenun. Tak jarang bapak Abet sibuk mengurus piharaan anjing, kucing, kambing, dan juga babi. Banyak kan ya?

 

 Pengalaman pribadiku nyari sinyal ya. Aku pernah lagi nelponan ngga jauh dari pantai dan pemandangan sekitar tidak ada bangunan hanya padang luas tanpa tanaman. Pas berdiri sinyal ada. Eh, capek dong berdiri. Duduk sedikit, lawan bicaramu sudah aa ee oo? Alias ngga denger suaramu. Sedih.

Listrikku hanya di Malam Hari

Bangun pagi, mama Mince yang punya rumah sudah masak nasi menggunakan magicom. Sesaat setelah aku bangun dan mengobrol dengan mama. Beliau kaget ketika listrik sudah mati di jam 5 pagi. Harusnya tidak sekarang matinya. Selisih satu jam dari biasanya. Ternyata mama Mince takut masak nasinya tidak matang. Tapi tak lama, listrik kembali menyala.

Ngga ada deh nge-cash handphone di siang hari. Listrik hanya menyala setengah hari dimulai dari jam 6 sore hingga 6 pagi keesokan harinya. Sedikit-sedikit terdengar suara mesin pembangkit yang tak jauh lokasinya dari rumah mama Mince. Begitu itu mati, seketika seperti ada yang kosong disekitarmu. 

 
Itulah suara tanda dimana listrik hidup sebagai pemberi terang dikala malammu. Pemberi kesempatan dikala kau ingin membuat sesuatu. Warga Ndao begitu memanfaatkan waktu malam hingga subuh jika memerlukan listrik. Sungguh berbeda. Listrik kita sepanjang waktu, namun listrik mereka hanya ada sepanjang malam. Terangku hanya di kala malam.

Listrik Ndao untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Tak hanya sekedar jargon kosong untuk sesuatu yang enak didengar saat diucapkan. Beberapa tempat di pelosok negri dalam sebuah pulau, justru listrik begitu berharga hingga dapat memberikan kau kehidupan yang lebih baik. 


 Sepulangku di hari terakhir, tak sengaja aku melihat beberapa anak berangkat ke sekolah sambil membawa tas ransel bergambar. Kutak bayangkan kehidupan mereka berubah sejak mendapatkan listrik. Berharap menambah harapan hanya dengan modal listrik untuk penerang di malam hari. Sedikit bagi kita, banyak buat mereka. Ini semua demi kehidupan yang lebih baik.
 
Semenjak bekerja di PLN, aku mendapatkan pengalaman banyak di pulau Timor. Entah memasuki pulau belum berlistrik atau mencoba melihat kehidupan pulau yang setengah berlistrik. Hatiku terenyuh. Ditengah kota-kota besar mendapatkan listrik melimpah dengan kesempatan yang lebih banyak untuk kehidupannya. PLN juga berusaha memberikan secercah kehidupan di pelosok pulau. 

Dimulai dengan setengah hari, namun tak setengah hati dalam melayani pelanggan diujung negri.
Terimakasih PLN sudah memberikan pengalaman menakjubkan dari pulau yang baru berlistrik setengah hari.

Ndao, Pulau Terselatan Indonesia

Kuinjakkan kakiku di pulau paling selatan Indonesia. Dengan harapan melihat betapa indahnya Indonesia dengan segala keterbatasan listrik. Penuh harap agar mereka dapat merasakan listrik 24 jam. Tenang ya bapa dan mama, pasti akan datang waktunya saat kau tak perlu menunggu malam untuk melihat terang. 


Terimakasih Ndao. Segala pengalaman singkat dalam satu malam bersama mama Mince dan bapa Abet yang sudah menampung kami dengan penuh kasih sayang dan cinta yang tulus. Yang kadang teramat langka untuk didapat, tapi kalian mengingatkan kalau suasana polos tanpa menyimpan sesuatu dibelakang masih ada di jaman sekarang. 

Singkat namun penuh makna. Perjalananku melihat terang dikala malam pulau Ndao memberikan sebuah cerita yang tak singkat. :))

Salam, Asri Vitaloka

No comments:

Post a Comment