Lanjutan FIRST [15]
SAHABAT
TERINDAH
Awalnya
aku ingin menuliskan mengenai bagaimana sahabat menjadi satu hal penting
didalam hidupku. Tapi, disaat lama aku sadar bahwa sahabat terindahku adalah
tulisanku. Sahabat yang tidak akan meninggalkanku disaat aku berbuat salah.
Sahabat yang tidak memerlukan permintaan maaf dikala aku salah. Sahabat yang
akan selalu ada bahkan disaat aku tidak pernah memperdulikannya.
Aku
menulis dan aku berkarya. Menurut sebagian pemikiranku, menulis adalah sesuatu
yang membosankan. Tapi, secara sadar aku sudah menulis dalam waktu yang cukup
lama. Aku membaca, berfikir, menyimpulkan sesuatu, dan menuliskannya kembali.
Disaat orang luar tidak memahami apa yang aku ungkapkan, menulis menjadi
sesuatu pelampiasan lain yang menampung segala pemikiran-pemikiran dalam diri.
Aku sangat
menyukai menulis. Aku mencintainya melebihi aku menyayangi pacarku sendiri. Aku
begitu menggilai tulisan hingga aku akhirnya menciptakan “First” dimana ini
akan menjadi suatu karya pertama dan terbesar yang mungkin bisa aku ciptakan.
Seperti itulah seseorang disaat ingin mencapai sesuatu yang sukses dan luar
biasa. Apakah anda menyukai, mencintai, dan menyayangi apa yang anda lakukan?
Atau tidak? Jika iya, bersyukurlah anda karna telah melakukan sesuatu yang
benar. Maka, kiamatlah anda jika anda sama sekali tidak tertarik terhadap apa
yang sedang dan akan anda lakukan.
Bermimpilah
setinggi engkau dapat bermimpi, dan kesuksesan selanjutnya hanya engkau yang
dapat menentukan dan mendapatkan hasilnya.. apakah anda akan menjadi sukses
atau tidak menjadi apa-apa!
Sesaat
waktu kemarin, aku merasa aku kehilangan asa untuk menulis. Aku sakit dan tidak
melakukan apa-apa. Aku binggung dan seakan lupa dengan apa yang biasa aku
lakukan. Hingga akhirnya aku kembali membuka sebuah dokumen file berjudul First dan file ini masih
dengan setia berada didalam laptopku. Tanpa berubah dan menunggu untuk diubah.
Aku kembali menemukan jati diriku. Setelah sekian lama, aku sama sekali tidak
menyentuh tulisan ini dan akhirnya kembali menuliskan kata demi kata yang ada didalam
pikiranku. Ini adalah sahabatku yang tidak kenal lelah untuk menunggu dan
menanti.
Seumur
hidupku aku terbiasa mendapati diri dengan keadaan sahabat yang berganti terus
menerus. Sahabat datang dan kemudian pergi berpisah. Berpisah kembali dan bertemu
disuatu hari. Disaat, aku melakukan kesalahan seakan tiada maaf untukku.
Hubungan persahabatan itupun hilang. Tapi, tidak dengan menulis.
Menjadikan
tulisan sebagai sahabat? mungkin tidak hanya aku yang melakukannya atau aku
salah satu dari orang yang aneh. Tapi, inilah aku dan begitu menyukai menulis.
Segala hal yang tidak dapat diterima oleh orang lain, namun diterima dengan
sangat ikhlas oleh First.
Disaat
para calon sukses diluar sana melakukan sesuatu untuk memulai kesuksesannya,
aku disini berkutit dengan tulisanku dan tidak melakukan apa-apa.
Dulu
aku berfikir, tanpa sahabat aku bukanlah apa-apa. Tanpa seorangpun aku tidak
memiliki pegangan yang kuat untuk menjalani kegiatan keseharian. Dan dulu aku
berfikir, tidak memiliki teman menjadi suatu tekanan yang begitu besar. Tapi,
aku salah. Seseorang sukses tidak mungkin bersama sahabatnya. Seseorang kaya,
yang kaya hanya dirinya bukan
sahabatnya. Tapi, sahabat sangat diperlukan. Dan dengan segala kisah pergi dan
datangnya seorang sahabat. Aku menemukan sahabat terindahku, tulisanku. Aku
menemukan pengganti sahabat terindahku, yaitu tulisanku sendiri. Ini begitu
menentramkan dan membuat bahagia.
Bersambung...
Jangan sampai melewatkan edisi First [1], mulailah membaca..
@vitalokaAsri
No comments:
Post a Comment