Ku spoiler dulu.
Tulisan yang akan aku tulis ini merupakan pengalamanku selama bekerja setelah
lulus kuliah di tahun 2014. Baru merasakan menjalani hidup yang kadang bersama
teman. Yah, kadang sendirian juga. Kadang dikasi teman berdua. Namun, kemudian kembali
sendirian. Memiliki kesempatan untuk bekerja mulai dari kerasnya Jakarta,
sepinya Rote, hingga menggeloranya Sumba.
Jadi, apa POV aku
tentang hidup di 30++ tahun ini?
Temannya
Ada, Duitnya Ngga.
Tema: Berjuang Mencukupi Kebutuhan Satu Bulan. Aku
baru merasakan bekerja di usia 22 tahun. Dulu yah, aku bisa merasa sangat cukup
dengan gaji 2,6 juta di Cakung, Jakarta Timur. Padahal, kalau sudah tanggal
belasan udah teriak minta ditraktir teman. Aku bertahan selama 11 bulan. Hingga
akhirnya beralih ke pekerjaan baru di salah satu BUMN.
Dalam perjalanan pencarian karir. Aku dulu sempat mencicipi pekerjaan
menjadi sales genset Komatsu dengan harga sekitar 1,5 Milyar dan berkeliling
Jakarta menaiki sebuah Vario pada saat itu. Oiya, namanya Mimi (si Vario). Jadi
gimana? Sudah bisa membayangkan ya. Harga jualan 1.5 M dengan si sales
yang pakai motor saat itu, siapa coba yang mau beli?
Ditengah perjuangan
mencukupi diri dalam kebutuhan satu bulan. Aku berjuang dengan perasaan,”Orang
kerja gini banget ya”. Tanpa takut, bersama teman rasa saudara di tanah Rantau dan
kerasnya kota Jakarta. Tapi, aku tidak sendirian. Thanyou, teman-teman BC saat
itu. Ditemukan dengan komunitas anak muda Hindu Rawamangun. Seakan kusiap menghadapi
dunian.
Aku bertahan
hingga Tuhan berkata,”Asri, sudah cukup di Jakarta dan bergeraklah ke timur
Indonesia”. Waktu itu, kukira begitulah. Kalau dirimu sedang berjuang dalam
mencukupi kebutuhan satu bulan. Just please, perhatikan hati dan pikiranmu. Perhatikan
sekitarmu, apa yang diberikan untuk menemanimu? Berikan perasaan legowo dan
keluarkan kepada semesta,”Bahwa anda siap menerima yang lebih besar dari saat
ini”.
Usia
20’an, Waktu Terbaik Dirimu Untuk Bepergian.
Tema: Bepergian dengan Kekuatan Penuh & Tanpa Perlu Merasa
Bersalah. Dengan segala keindahan alam dan keinginan untuk mendatanginya.
Kupasrahkan hati dan jiwa untuk memberikan panggilan alam kemana serta bersama
siapa akan bepergian. Kudapati diriku menginjakkan kaki di tempat-tempat yang
dulunya tidak mungkin kudatangi. Yah, kupastikan mimpi indah yang tidak bisa
terwujud waktu lampau kembali datang untuk menagih agar bisa terwujud.
Selama usia 20 tahunan, kurasakan diriku melihat kehidupan
di Nusa Tenggara Timur. Menemukan teman perantauan dan berupaya merasakan
indahnya sekitar. Terimakasih teman-temanku yang waktu itu mau kubangunin di
hari libur (padahal masih capek dari weekdays).
Kuajak bermain,
entah itu di jarak dekat atau jauh. Hingga kulihat, hanya sisa aku yang bermain
di taman bermain yang terpisah. Aku bisa H-1 bepergian mendaki bukit di Pulau
Timor. Tidak perlu berpikir terlalu panjang. Seindah itu, usia 20 tahunan.
Bepergian, tanpa takut dianggap tidak dewasa dan meninggalkan tanggung jawab.
Dengan badan mendukung untuk kegiatan full day dan tidak encok kemudian.
Dulu, aku selalu
takut kehabisan waktu. Kubawa diriku selalu berlari hingga tak jarang
melewatkan masa kini. Sibuk mengevaluasi masa lalu dan merencanakan masa depan.
Siapa yang begitu?
Tema: Semesta memilihkan jalan terbaik untukmu. Menurutku,
hidup baru dimulai sejak mendapatkan karir pertama pada akhir tahun 2025. Dimulai
dengan bekerja di Nusa Tenggara Timur hingga mulai meracik masa depan seperti
apa yang diinginkan. Kudapati diriku di saat ini, tidak mendapatkan kesempatan
untuk masuk di era wanita menikah dan mengurus anak. Kurasakan semesta memilih
jalan hidup berbeda.
Tidak salah. Tidak kurang. Sepertinya semesta memilihkan
situasi berbeda. Kudapati diriku berjuang perlahan namun pasti, berpindah dan beristirahat
sesekali di suatu tempat. Hingga memberi waktu untuk duduk dimanapun aku berada
saat ini. Apapun itu, Thankyou God.
Kurasa kunci
rahasianya adalah jangan membandingkan dirimu dengan sebelah. Wanita menikah
tidak bisa dibandingkan dengan wanita yang belum menikah, walaupun usianya
sama. Bahkan anak kembar identic sekalipun memiliki perbedaan dalam nasib dan
perjalanan hidup. Bagaimana anda bisa menginginkan dan merasa iri terhadap
orang lain?
Ujiannya berbeda.
Rejekinya berbeda. Kusyukuri saat ini, teman-temanku telah sukses bersama
keluarganya. Dan aku pun masih menikmati hidup dan kesukaanku saat ini. Good
job, Asri. You doing great. Dan buat siapapun anda diluar sana, kusampaikan,”Sadari
pilihan apa yang diberikan dan jalani? Jika tidak diberikan upaya sebesar 100%
atau maksimal, maka pikirkanlah kembali”.
Si 30’an, Tak Jarang Melihat Om Tante 40’an.
Tema: Setiap periode memiliki personal berganti sesuai peran
dan waktu. Saking bergilirnya hidupku dengan silih berganti orang
disekitar, hingga aku menunggu kapan periode selanjutnya? Setiap periode
seperti episode-episode dalam drama yang memiliki aktor, jalur cerita,
dan makna didalamnya. Agak aneh ya. Tapi, aku sudah berpikir tentang itu saat
itu.
Sejak itu, aku menanti untuk merasakan alur cerita apa yang
akan dijalani saat ini dan setelah itu. Apakah akan membuat sebuah cerita
pertemanan, cerita percintaan, atau cerita perjuangan sendirian? Wkwkwk.
Aku sempat berjumpa
dengan seseorang yang baru menyentuh kepala 4. Belum menikah, entah ingin atau
tidak. Memiliki empat anjing dirumahnya dan bepergian sesekali sambil tetap
bekerja. Sewaktu berjumpa, aku ingin sekali bertanya,”Kenapa memilih sendirian?”
Kudapati diriku tak bertanya dan tidak mendapat jawaban. Tapi, satu yang kupastikan.
Entah semesta, atau perjalanan yang diberikan semesta membuatnya memilih
pilihannya saat ini.
Akhirnya aku pun
berpikir. Sebenarnya apa yang benar-benar ingin kulakukan? Entah bersama si
pasangan hidup atau sendirian. Di waktu tua, seperti apa kau ingin dikenal?
Seperti apa kau ingin menghabiskan waktu? Mulailah bermimpi dan membayangkan
terwujud.
Lalu, Bagaimana
Semesta memberi Kisah di 30’an ku?
Tema: Single, Berpindah, Bekerja, dan Menikmati Hidup.
Bangun pagi, menye-menye. Pernah menyesal, kemudian bersyukur. Kok pindah mulu.
Kapan punya teman seperjuangan diajak jalan di akhir minggu? Eh, terus lupa
kalau aku kayanya ga pandai temenan wkkww. Kok sepi banget ini hidup? Padahal
kalau ramean, ga kuat juga.
Padahal ya, apa yang disuguhkan dengan sangat mantap dan
ciamik ini adalah situasi terbaik yang dapat dialami setiap orang. Dengan cobaan
dan kebahagiaan yang bisa didapat. Cobalah untuk terus menikmati hidupmu dengan
berupaya menemukan tujuan hidup sesungguhnya. Tujuan hidup yang membuatmu tetap
hidup, bukan terjebak.
Aku adalah seorang
Hindu. Tidak meyakini bahwa hidup ini hanya sekali. Maka, kupastikan hidupku
berjalan dengan sebaik-baiknya. Tidak menyakiti orang lain. Dan syukur-syukur
bisa memberikan sesuatu bermanfaat kepada orang lain. Bagiku, satu pepatah
Jepang yang luar biasa. “Jika kau merasa salah menaiki kereta, maka turunlah.
Karena semakin jauh perjalananmu, maka semakin mahal biaya untuk kembali”.
Thankyu 30’an ku.
Kupasrahkan hatiku, kumaksimalkan hidupku. Jika masih bisa kudapati diriku di
40’an dan 50’an, maka kusampaikan,”Selamat sudah sampai & teruslah hidup
dengan cara Asri Vitaloka (atau dirimu sendiri)”.
Biar kalian merasa tenang dalam menjalani hidup, ternyata aku pernah menuliskan “Hai, Hidupku” juga di tahun 2019 dengan mengutip Adjie Santosoputro. Just check!
With love, Asri
Vitaloka.
No comments:
Post a Comment