Tuesday, January 28, 2025

Pov 30++ Tahun

 

Memanggil seluruh wanita dari segala jenis kalangan dengan usia sudah melewati 30++ tahun dan sedang berjuang dengan segala keruwetan serta kebahagiaan hidup. Tak jarang mengalami perasaan seakan menaiki roller coaster dan dengan tidak bermaksud menantang, namun seakan bersiap serta berkata,”Cobaan mana lagi yang akan datang Tuhan?”. (Ampun).

Ku spoiler dulu. Tulisan yang akan aku tulis ini merupakan pengalamanku selama bekerja setelah lulus kuliah di tahun 2014. Baru merasakan menjalani hidup yang kadang bersama teman. Yah, kadang sendirian juga. Kadang dikasi teman berdua. Namun, kemudian kembali sendirian. Memiliki kesempatan untuk bekerja mulai dari kerasnya Jakarta, sepinya Rote, hingga menggeloranya Sumba.

Jadi, apa POV aku tentang hidup di 30++ tahun ini?

Temannya Ada, Duitnya Ngga.

Tema: Berjuang Mencukupi Kebutuhan Satu Bulan. Aku baru merasakan bekerja di usia 22 tahun. Dulu yah, aku bisa merasa sangat cukup dengan gaji 2,6 juta di Cakung, Jakarta Timur. Padahal, kalau sudah tanggal belasan udah teriak minta ditraktir teman. Aku bertahan selama 11 bulan. Hingga akhirnya beralih ke pekerjaan baru di salah satu BUMN.

Dalam perjalanan pencarian karir. Aku dulu sempat mencicipi pekerjaan menjadi sales genset Komatsu dengan harga sekitar 1,5 Milyar dan berkeliling Jakarta menaiki sebuah Vario pada saat itu. Oiya, namanya Mimi (si Vario). Jadi gimana? Sudah bisa membayangkan ya. Harga jualan 1.5 M dengan si sales yang pakai motor saat itu, siapa coba yang mau beli?

Ditengah perjuangan mencukupi diri dalam kebutuhan satu bulan. Aku berjuang dengan perasaan,”Orang kerja gini banget ya”. Tanpa takut, bersama teman rasa saudara di tanah Rantau dan kerasnya kota Jakarta. Tapi, aku tidak sendirian. Thanyou, teman-teman BC saat itu. Ditemukan dengan komunitas anak muda Hindu Rawamangun. Seakan kusiap menghadapi dunian.

Aku bertahan hingga Tuhan berkata,”Asri, sudah cukup di Jakarta dan bergeraklah ke timur Indonesia”. Waktu itu, kukira begitulah. Kalau dirimu sedang berjuang dalam mencukupi kebutuhan satu bulan. Just please, perhatikan hati dan pikiranmu. Perhatikan sekitarmu, apa yang diberikan untuk menemanimu? Berikan perasaan legowo dan keluarkan kepada semesta,”Bahwa anda siap menerima yang lebih besar dari saat ini”.

Usia 20’an, Waktu Terbaik Dirimu Untuk Bepergian.

Tema: Bepergian dengan Kekuatan Penuh & Tanpa Perlu Merasa Bersalah. Dengan segala keindahan alam dan keinginan untuk mendatanginya. Kupasrahkan hati dan jiwa untuk memberikan panggilan alam kemana serta bersama siapa akan bepergian. Kudapati diriku menginjakkan kaki di tempat-tempat yang dulunya tidak mungkin kudatangi. Yah, kupastikan mimpi indah yang tidak bisa terwujud waktu lampau kembali datang untuk menagih agar bisa terwujud.

Selama usia 20 tahunan, kurasakan diriku melihat kehidupan di Nusa Tenggara Timur. Menemukan teman perantauan dan berupaya merasakan indahnya sekitar. Terimakasih teman-temanku yang waktu itu mau kubangunin di hari libur (padahal masih capek dari weekdays).

Kuajak bermain, entah itu di jarak dekat atau jauh. Hingga kulihat, hanya sisa aku yang bermain di taman bermain yang terpisah. Aku bisa H-1 bepergian mendaki bukit di Pulau Timor. Tidak perlu berpikir terlalu panjang. Seindah itu, usia 20 tahunan. Bepergian, tanpa takut dianggap tidak dewasa dan meninggalkan tanggung jawab. Dengan badan mendukung untuk kegiatan full day dan tidak encok kemudian.

Dulu, aku selalu takut kehabisan waktu. Kubawa diriku selalu berlari hingga tak jarang melewatkan masa kini. Sibuk mengevaluasi masa lalu dan merencanakan masa depan. Siapa yang begitu?



30’an, Sepertinya Semesta Memilih Jalur Karir Untukku.

Tema: Semesta memilihkan jalan terbaik untukmu. Menurutku, hidup baru dimulai sejak mendapatkan karir pertama pada akhir tahun 2025. Dimulai dengan bekerja di Nusa Tenggara Timur hingga mulai meracik masa depan seperti apa yang diinginkan. Kudapati diriku di saat ini, tidak mendapatkan kesempatan untuk masuk di era wanita menikah dan mengurus anak. Kurasakan semesta memilih jalan hidup berbeda.

Tidak salah. Tidak kurang. Sepertinya semesta memilihkan situasi berbeda. Kudapati diriku berjuang perlahan namun pasti, berpindah dan beristirahat sesekali di suatu tempat. Hingga memberi waktu untuk duduk dimanapun aku berada saat ini. Apapun itu, Thankyou God.

Kurasa kunci rahasianya adalah jangan membandingkan dirimu dengan sebelah. Wanita menikah tidak bisa dibandingkan dengan wanita yang belum menikah, walaupun usianya sama. Bahkan anak kembar identic sekalipun memiliki perbedaan dalam nasib dan perjalanan hidup. Bagaimana anda bisa menginginkan dan merasa iri terhadap orang lain?

Ujiannya berbeda. Rejekinya berbeda. Kusyukuri saat ini, teman-temanku telah sukses bersama keluarganya. Dan aku pun masih menikmati hidup dan kesukaanku saat ini. Good job, Asri. You doing great. Dan buat siapapun anda diluar sana, kusampaikan,”Sadari pilihan apa yang diberikan dan jalani? Jika tidak diberikan upaya sebesar 100% atau maksimal, maka pikirkanlah kembali”.



Si 30’an, Tak Jarang Melihat Om Tante 40’an.

Tema: Setiap periode memiliki personal berganti sesuai peran dan waktu. Saking bergilirnya hidupku dengan silih berganti orang disekitar, hingga aku menunggu kapan periode selanjutnya? Setiap periode seperti episode-episode dalam drama yang memiliki aktor, jalur cerita, dan makna didalamnya. Agak aneh ya. Tapi, aku sudah berpikir tentang itu saat itu.

Sejak itu, aku menanti untuk merasakan alur cerita apa yang akan dijalani saat ini dan setelah itu. Apakah akan membuat sebuah cerita pertemanan, cerita percintaan, atau cerita perjuangan sendirian? Wkwkwk.

Aku sempat berjumpa dengan seseorang yang baru menyentuh kepala 4. Belum menikah, entah ingin atau tidak. Memiliki empat anjing dirumahnya dan bepergian sesekali sambil tetap bekerja. Sewaktu berjumpa, aku ingin sekali bertanya,”Kenapa memilih sendirian?” Kudapati diriku tak bertanya dan tidak mendapat jawaban. Tapi, satu yang kupastikan. Entah semesta, atau perjalanan yang diberikan semesta membuatnya memilih pilihannya saat ini.

Akhirnya aku pun berpikir. Sebenarnya apa yang benar-benar ingin kulakukan? Entah bersama si pasangan hidup atau sendirian. Di waktu tua, seperti apa kau ingin dikenal? Seperti apa kau ingin menghabiskan waktu? Mulailah bermimpi dan membayangkan terwujud.

Lalu, Bagaimana Semesta memberi Kisah di 30’an ku?

Tema: Single, Berpindah, Bekerja, dan Menikmati Hidup. Bangun pagi, menye-menye. Pernah menyesal, kemudian bersyukur. Kok pindah mulu. Kapan punya teman seperjuangan diajak jalan di akhir minggu? Eh, terus lupa kalau aku kayanya ga pandai temenan wkkww. Kok sepi banget ini hidup? Padahal kalau ramean, ga kuat juga.

Padahal ya, apa yang disuguhkan dengan sangat mantap dan ciamik ini adalah situasi terbaik yang dapat dialami setiap orang. Dengan cobaan dan kebahagiaan yang bisa didapat. Cobalah untuk terus menikmati hidupmu dengan berupaya menemukan tujuan hidup sesungguhnya. Tujuan hidup yang membuatmu tetap hidup, bukan terjebak.

Aku adalah seorang Hindu. Tidak meyakini bahwa hidup ini hanya sekali. Maka, kupastikan hidupku berjalan dengan sebaik-baiknya. Tidak menyakiti orang lain. Dan syukur-syukur bisa memberikan sesuatu bermanfaat kepada orang lain. Bagiku, satu pepatah Jepang yang luar biasa. “Jika kau merasa salah menaiki kereta, maka turunlah. Karena semakin jauh perjalananmu, maka semakin mahal biaya untuk kembali”.

Thankyu 30’an ku. Kupasrahkan hatiku, kumaksimalkan hidupku. Jika masih bisa kudapati diriku di 40’an dan 50’an, maka kusampaikan,”Selamat sudah sampai & teruslah hidup dengan cara Asri Vitaloka (atau dirimu sendiri)”.

Biar kalian merasa tenang dalam menjalani hidup, ternyata aku pernah menuliskan “Hai, Hidupku” juga di tahun 2019 dengan mengutip Adjie Santosoputro. Just check!

With love, Asri Vitaloka.

No comments:

Post a Comment