Waktu lalu aku mendapatkan kesempatan untuk
melihat Sumba saat hujan. Basah sebasah-basahnya, dengan kabut yang seperti asap
bakar sampah, juga sedikit gelap di sekitar hutan lindung karna matahari yang
terhalang awan tebal. Tipis-tipis terlihat kilas warna Pelangi setelah hujan, memberi
warna di tengah langit yang rada kelabu. Ketangkap kamera pun tidak, maklum sensor
kameranya kurang. Tapi tentunya tertangkap mata samar-samar. Tipis, tapi masih
ada.
Sebuah perjalanan Waingapu-Waitabula dimana menghabiskan waktu hampir 4 jam disaat santai. Dan Oktober sd Desember ini waktu yang tepat untuk melihat potret Sumba di waktu hijau. Hijau pemandangan dengan satu dua waktu akan terlihat burung gagak hitam dan terkadang burung ekor putih terbang didepan anda.
Sudah pernah mengikuti travelling di pulau Sumba, tentunya anda akan melihat banyak perjalanan menuju perbukitan, air terjun, atau pantai menggunakan mobil. Saatnya kuberikan sekilas cuplikan Sumba ya hanya dengan 3 sampai 4 jam perjalanan anda sudah dapat menikmati pemandangan lintas kota antara Waingapu dengan Waitabula, atau perjalanan dari Sumba Timur menuju Sumba Barat Daya. Lumayan jauh ya..
4 JAM PERJALANAN.
Seakan lagi
ngejalanin hidup. Terkadang semangat banget dengan awal perjalanan, terkadang
bosan dan mengantuk, juga hampir putus asa dengan jalan yang tidak kunjung
sampai. Tapi, endingnya sampai juga kok. Tidak hanya melihat bukit-bukit
indah berderetan di sepanjang perjalanan saat menjauhi Kota Waingapu, namun anda juga akan
melihat beberapa kota setelah menghabiskan waktu selama setengah jam. Kemudian kembali sepi diantara suasana hutan, hingga akhirnya akan menemukan beberapa kota lagi di sepanjang perjalanan.
Ketemu bukit, kota, dan hutan kembali. Tak lama bertemu selayaknya rest area dipinggir tol tapi menjual soto ayam kampung saja, sama mie, dan juga minuman hangat. Enak ya?
Rame loh disini.