Friday, September 7, 2012

First [3]

LANJUTAN "FIRST [2]"

Bahkan obrolan ringan disaat duduk dipinggir jalan depan sebuah swalayan mini mengubah pola pikirku..

                Di tengah hiruk pikuk jalan raya yang penuh dengan mobil dan motor yang melintas, aku duduk berdua disana dengan seseorang yang tak lain adalah saudaraku sendiri. Namanya Yuda, dia sepupu aku dari Bali. Kebetulan, dia sekarang kuliah di satu kampus dengan aku. Tidak seperti biasanya kami dapat ngobrol dengan santai seperti hari itu.
                Aku menggangap dia hanyalah anak lelaki yang malas dan hanya mementingkan “waktu bermain” untuk mengisi kesehariannya. Ternyata aku salah. Dia bahkan jauh lebih dewasa dari yang aku duga.
                Perbincangan ringan ditemani dengan sebotol minuman bersoda dan rokok yang tersemat dijarinya. Pembicaraan santai yang mengungkap banyak hal.

Menyadarkan aku, akan pentingnya sesuatu yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih didepan..
Memberikan aku gambaran bahwa hidup tidak hanya sebatas bagaimana memperoleh “nilai akademik” yang sempurna..

                “Apakah nilai B itu cukup rendah untuk seorang seperti mbok?”, tanya dia ditengah perbincangan kami mengenai nilai di perkuliahan. “Ya”, jawabku rendah.
                Aku hanya dapat menjelaskan bahwa nilai adalah segalanya bagiku. Bahkan, aku berusaha untuk mempercepat masa kuliahku dengan berusaha menyelesaikan sarjana elektroku dengan 3,5 tahun saja. Aku terkadang binggung, apa yang dapat aku berikan selain persembahan nilai-nilaiku. Aku sadar orang tua tidak terlalu merisaukanku mengenai nilai yang aku raih. Tapi, menurut aku itu suatu pertanggungjawaban terhadap masa kuliahku. Dan, kembali lagi seseorang mematahkan pemikiranku.
                “Apakah sesuatu kebiasaan dan kesempurnaan didunia yang sempit itu bisa diterima begitu saja?”,ucapnya. Aku sedikit tidak mengerti apa maksud dari pertanyaannya itu. Dia mengucapkan seperti itu untuk menyadarkan aku akan tidak begitu pentingnya hal yang aku pertahankan sekarang.
                Ditengah hiruk pikuk anak muda mencari jati dirinya, berusaha mencari kesenangan untuk memuaskan dirinya, dan ditengah keadaan yang mengatakan,”nilai bukan lagi menjadi nilai penting”. Namun aku masih saja tetap mempertahankannya.
                Satu kesalahan kecil yang dapat mengancam masa depan seseorang, yaitu diriku sendiri. Berusaha untuk bermain aman dengan mempertahankan sesuatu yang sempurna, kemudian melupakan hal kecil lain yang sesungguhnya jauh lebih penting. Yaitu, membentuk duniaku.
                Disanalah aku berpikir. Dititik itulah ketakutan mulai menghantui dan akhirnya aku memutuskan. Aku akan berubah.
                Aku tidak menyangka banyak sekali pemikiran yang simple, tapi tidak pernah terpikirkan oleh seorang Asri Vitaloka.

“Buat apa aku memikirkan nilai  yang begitu perfect, tetapi menjadi anak yang anti sosial dan kurang pergaulan”
“Ubah, pemikiran zaman dahulu yang tidak berguna di masa kini. Jangan sampai mbok menyesal dikemudian hari dan akhirnya sadar bahwa kau telah terlambat..”

                Dia pun berbicara panjang lebar mengenai teman-temannya. “Aku punya teman mbok, disegala kalangan usia”,ucap Yuda diawal ceritanya.
“Seseorang diantara mereka, ada yang sudah bekerja dan telah merasakan bagaimana masa kuliah”.
“Lalu?”.
“Orang itu sekarang berumur 25 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan. Dia berkata, disaat seseorang sudah bekerja akan susah untuk mendapatkan waktu kesenangan. Di masa kuliah adalah saat penting untuk kita memperoleh teman-teman”.
“Aku punya banyak teman dikelas”.
“Tapi, apa teman yang dekat? Aku sangsi mbok punya teman seperti sahabat. Apa bisa dengan kuliah 3.5 tahun saja dan bertemu teman-teman yang selalu berubah di setiap semester, bisa menjadi dekat?”
Aku pun hanya terdiam. Aku tahu maksud dari ucapan terakhirnya dimana ada sebuah titik kecil di luar sana yang jarang aku sentuh semenjak kecil. Dengan lingkungan keluarga yang mem-protect aku begitu keras dan memperhatikan setiap detail pergaulanku.
Tapi, setiap situasi dan kondisi memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu kekurangan adalah menyesalinya dan memanfaatkan situasi itu menjadi suatu kelebihannya serta dapat memaksimalkan semua yang ada. Apa yang terjadi akan sangat spektakuler. Terlebih lagi seseorang tidak pernah melupakan untuk mensyukuri apa yang telah didapatnya sekarang. Kehidupan yang indahpun akan terbentuk dan memenuhi cerita hidupmu. <3 


Bersambung...

No comments:

Post a Comment